Bulan Suci Di Timur Tengah

Menjadi satu dari beberapa kewajiban dalam ajaran agama Islam, saat ini umat muslim di seluruh dunia tengah bersiap menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Memiliki tradisi yang berbeda, menyimak kebiasaan berpuasa masyarakat di seluruh dunia menjadi hal yang menarik. Kali ini, Women’s Obsession akan membahas tradisi berpuasa di Timur Tengah. Wilayah yang kental dengan nuansa Islami.

 

WARNA-WARNI DAN PANGANAN LEZAT

 

Jika bertandang ke Maroko menjelang bulan suci Ramadhan, kita akan melihat banyak masyarakat yang mempercantik rumahnya dengan warna-warni baru. Sejak dua hingga tiga minggu menjelang ibadah puasa yang dilakukan selama satu bulan penuh, masyarakat setempat memiliki tradisi mengecat rumah mereka. Selain dinding dan pintu utama, ruangan-ruangan pun tidak luput dari warna baru yang lebih segar.

Tidak hanya itu, kegiatan bersih-bersih di seluruh penjuru rumah pun dilakukan demi menyambut bulan yang suci. Setelah semua selesai, orang-orang akan menggelar pesta kecil dan mengundang teman-teman serta kerabat. Berbagai makanan disajikan untuk para tamu undangan yang hadir. Salah satu yang tidak pernah absen adalah chebbakia, camilan ini terbuat dari wafer dilapisi madu. Ada pula briouates, kue berlapis keju segar yang direndam di dalam madu.

Saat Ramadhan memasuki hari kesepuluh, masyarakat setempat akan mengucapkan Awasyir Mabroukah yang berarti hari kesepuluh penuh berkah. Jika kita berada di Maroko, ucapan ini akan sering terdengar di banyak tempat, seperti masjid, jalan-jalan, hingga kedai kopi. Semua mengucapkannya jika berpapasan dengan orang lain.

Sementara saat Ramadhan tiba, ada tiga jenis makanan yang biasanya dihidangkan, pertama ada hariroh, sejenis sup khas Maroko yang berisi ful (kacang arab), mi, dan irisan daging. Kuahnya kental dan kaya akan rempah-rempah. Kedua, syubbakiyyah yakni manisan dari tepung yang ditaburi wijen di atasnya. Terakhir ada zamithoh atau yang juga dikenal dengan salou. Makanan ini terbuat dari tumbukan kacang dan biasanya dikonsumsi bersama dengan roti.

Terakhir, tradisi turun-temurun yang dilakukan untuk anak-anak yang pertama kali menjalani ibadah puasa Ramadhan. Pada prosesi ini, sang ibu akan memberikan sambutan dan dukungan yang ditujukan untuk anaknya. Kemudian anak yang pertama kali berpuasa pun akan dibiarkan mengambil menu berbuka puasa lebih dahulu, dibandingkan anggota keluarga lainnya. Tidak hanya itu, sang ibu juga akan membuatkan makanan khusus untuknya. Tradisi ini dinilai akan mengajarkan anak nilai-nilai keislaman dan kewajiban berpuasa sebagai seorang muslim.

 

Baca Juga:

Indahnya Mahkota Pengantin Tradisional

Tradisi Kala Mendirikan Bangunan

 

ANAK-ANAK DAN PERMEN

 

Anak-anak menjadi salah satu yang meramaikan bulan suci ramadhan. Bagaimana tidak, di kala menjelang bulan puasa, anak-anak di Indonesia biasa ada di mana-mana untuk bermain. Entah menjelang berbuka, menuju masjid untuk tarawih, hingga menjelang sahur. Mereka berbondong-bondong bersama sahabat bercanda ria sepanjang jalan. Kebiasaan tersebut tidak jauh berbeda dengan yang ada di Qatar.

Dikenal dengan nama Garangao, festival tahunan ini diadakan untuk anak-anak. Selepas berbuka puasa setiap tanggal 13, 14, 15 Ramadhan, mereka akan berparade di jalanjalan utama sebelum akhirnya mengunjungi rumah penduduk. Siapa pun yang kedatangan tamu spesial ini, akan memberikan makanan kecil khas daerah setempat, seperti kacang, permen, dan lain sebagainya. Saat berkeliling, merekamenyanyikan lagu tradisional dan membuat Ramadhan semakin meriah.

Tidak sembarangan, anak yang ikut dalam parade mengenakan baju tradisional. Anak laki-laki menggunakan baju hitam berompi merah dengan topi kecil. Sementara, anak perempuan tampil cantik dengan disdaashas berwarna cerah dengan jilbab hitam yang dihiasi tali-tali emas. Di leher anak-anak tersebut akan digantungkan sebuah kain untuk menampung makanan kecil yang didapat.

Tidak hanya ditemui di jalan-jalan sekitar rumah, pusat perbelanjaan juga kerap kali ambil bagian dengan membagikan permen gratis untuk anak-anak. Tradisi ini menandakan bahwa anak-anak berhasil melewati setengah perjalanan di bulan Ramadhan.