Dukung Pemerataan Ekonomi Digital

Rachmat Kaimuddin, CEO Bukalapak

 

Di usia yang terbilang muda, Rachmat Kaimuddin sudah memiliki segudang pengalaman di bidang keuangan, di antaranya pernah menjabat Direktur Keuangan & Perencanaan PT Bank Bukopin Tbk, Komisaris Bank Bukopin, hingga Direktur Keuangan PT Bosowa Corporindo. Atas profesionalitasnya, inovasi yang digulirkan, dan leadership yang dimilikinya, akhirnya Bukalapak mempercayakan dirinya sebagai CEO per Desember 2019.

 

Pria kelahiran tahun 1979 ini menuturkan, Bukalapak merupakan tempat di mana ide segar mendapat tempat dan bisa tumbuh. “Ini saya yakini sebagai bahan bakar utama dalam menghasilkan inovasi-inovasi yang mampu membawa perusahaan ini ke arah yang lebih baik. Mimpi saya adalah menjadi pemimpin di organisasi besar yang bisa menyentuh dan memberikan kesempatan mengubah hidup orang banyak,” ungkap Rachmat.

 

Bagi pria yang memiliki hobi membaca dan olahraga lari ini, bergabung dengan Bukalapak, bersama dengan lima juta pelapak, tiga juta Mitra Bukalapak, dan melayani 70 juta pengguna aktif, membuka peluang dirinya agar lebih dapat berkontribusi dalam pengembangan kekuatan ekonomi negara ini, yaitu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

 

 

Dalam memimpin perusahaan e-commerce yang didirikan pada 2011 tersebut, Rachmat sangat terbuka dalam menerima ide dan masukan dari timnya. “Terlebih bekerja di startup merupakan kesempatan bagi saya untuk mendengar banyak ide segar dari anak muda yang mungkin tidak pernah terpikir di benak orang-orang generasi saya. Di sisi lain, penting juga dapat menjadi pemimpin yang mampu membentuk dan menjaga agar sistem kerja dapat berjalan dengan baik. Keputusan yang diambil harus dengan pertimbangan yang matang dan juga dijalankan secara tegas,” ujarnya.

 

Dalam kepemimpinannya, Bukalapak akan berfokus kepada isu-isu yang berkaitan dengan talenta, modal, dan manajemen keuangan, serta menaruh fokus yang lebih dalam lagi di sektor UMKM. “Dan, menjalankan konsep ekonomi yang berkeadilan di dalam ekosistem Bukalapak untuk lebih menyejahterakan seluruh Pelapak serta Mitra kami yang tersebar di seluruh Indonesia,” imbuhnya. 

 

Terkait Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 80 Tahun 2019 yang mewajibkan pedagang online memiliki izin usaha, Rachmat menjelaskan, pihaknya memandang bahwa peraturan tersebut perlu dipertimbangkan lagi karena selama ini Bukalapak mendorong teknologi untuk kemudahan pemerataan ekonomi digital yang dampaknya dapat meningkatkan kualitas hidup seluruh pelaku usaha kecil di Indonesia. 

 

BACA JUGA:

Hamzah Parsaoran: Produk Lokal untuk Gaya Hidup Sehat

Edward Tirtanata: Dari Indonesia untuk Dunia

 

“Mengharuskan pelaku usaha kecil untuk memiliki izin usaha akan menjadi tantangan tersendiri atau barrier to entry bagi UMKM yang ingin memperbesar jangkauan usahanya. Namun, kami belum dapat berkomentar banyak karena peraturan tersebut sedang kami kaji agar dapat diberikan masukan yang lebih selaras dengan kebutuhan industri,” terangnya.

 

Lebih lanjut Rachmat mengatakan, di tengah pesatnya pertumbuhan e-commerce di Indonesia, ternyata kontribusinya di sektor retail baru 5%. Dia pun melihat ini sebagai peluang besar untuk lebih mengembangkan bisnis sekaligus merangkul lebih banyak UMKM. “Fakta tersebut juga mendorong Bukalapak di posisi yang tepat untuk membuka akses pasar internasional untuk para UMKM di Indonesia. Dengan jutaan Diaspora Indonesia yang tersebar di seluruh dunia, peluang dalam memasarkan produk-produk Indonesia sangat terbuka lebar,” imbuhnya.

 

Bukalapak, sambung Rachmat, telah menjajaki peluang tersebut dan dengan dukungan pemerintah, pihaknya telah meluncurkan BukaGlobal, yang memungkinkan para pelapak menjual dan mengirim produk mereka di 5 negara (Singapura, Malaysia, Hong Kong, Brunei Darussalam, dan Taiwan). “Kami berharap dapat merangkul lebih banyak UMKM berekspansi ke banyak negara ke depannya,” harapnya.

 

Bukan hanya lini pasar online, Rachmat juga melihat pentingnya untuk mengembangkan lini bisnis offline dengan berfokus pada warung tradisional. Dengan tiga juta warung Mitra dan Agen individual, Bukalapak dapat memperkuat segmen mass market dengan menjadikan teknologi sebagai bagian dari keseharian mereka. Sebagai dampaknya, pihaknya ikut mendorong masyarakat yang inklusif dari segi teknologi dan ekonomi. “Ini sebuah tantangan, tetapi kami optimis,” dia menambahkan. 

 

 

Rachmat menandaskan, kepercayaan investor dan customer menjadi kunci penting agar Bukalapak menjadi e-commerce yang berkelanjutan. “Karenanya kami harus fokus dalam menyeimbangkan growth, profitability dan inovasi. Pengalaman saya bertahun-tahun di bidang finance mengajarkan bahwa pada akhirnya, perhitungan yang logis menjadi hal yang paling penting,” tukasnya.

 

Strategi fundraising dan pengeluaran irasional yang agresif, dia rasa sudah tidak efektif lagi dijalankan di Bukalapak. Walau tentu saja, pihaknya tetap akan berinvestasi dalam mengembangkan perusahaan. “Namun, kami akan selalu mencoba untuk bertanggung jawab terhadap sumber daya yang diberikan oleh pemegang saham. Fokus kami adalah menghasilkan produk dan layanan yang inovatif, menargetkannya ke pasar yang tepat dan sesuai kebutuhan, dengan cara yang efisien, dan tentu saja membawa dampak positif yang seluas-luasnya bagi masyarakat Indonesia,” tegasnya.

 

Akhir kalimat dia menuturkan obsesinya sebagai pucuk pimpinan di e-commerce yang telah memiliki fundamental bisnis yang kuat dalam 10 tahun terakhir dan berhasil mencapai peningkatan performa keuangan positif bahkan melebihi ekspektasi. “Obsesi saya adalah pada tahapan selanjutnya Bukalapak bisa bertahan lebih dari 100 tahun, yang mana probabilitasnya hanya 0.0045%. Sekarang tugasnya adalah memastikan bahwa kita mencapai sustainability. Tidak hanya untuk generasi saat ini, tetapi juga generasi mendatang. Tentunya kami juga berfokus untuk memperluas pasar UMKM secara nasional dan internasional, offline dan online, yang kami dukung dengan pembangunan layanan serta fitur-fitur yang membuat hidup masyarakat menjadi lebih baik,” pungkasnya. Gia Putri | Dok. Pribadi