Pameran Plus Gelaran Budaya dan Seni 100 Tahun Koentjaraningrat

 

Prof. Dr. Koentjaraningrat yang biasa disapa Pak Koen adalah seorang ilmuwan, tokoh, dan antropolog pertama Indonesia yang sangat berperan besar dalam sejarah dan kebudayaan di Tanah Air dan berpengaruh besar terhadap perkembangan bidang antropologi.

 

Ziarah ke makam di Pemakaman Umum Karet Bivak, bertepatan dengan tanggal meninggalnya telah dilaksanakan pada 23 Maret lalu. Sedangkan 100 tahun merupakan tahun kelahirannya, yakni 1923 tepatnya pada tanggal 15 Juni yang akan diperingati dengan Pagelaran Wayang Orang Bharata. Merupakan persembahan dedikasi keluarga besar kepada Pak Koen yang sangat menjunjung tinggi dunia tari dan pewayangan terutama wayang orang, bahkan dia juga semasa mudanya menggandrungi dan menari Jawa.

 

BACA JUGA:

Konser Tutur Batin Yura Yunita Ajak Penonton Berbagi Rasa

Ekspresi Artistik Dimensi Spiritualitas

 

Pameran Budaya dan Seni ‘Peringatan 100 tahun Koentjaraningrat, Pameran Lukisan, Pemikiran dan Koleksi’ pun diselenggarakan di Bentara Budaya Jakarta dari tanggal 8 - 15 Juli 2023. Pembukaannya diresmikan oleh Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi didampingi wakil keluarga besar, Stien Koentjaraningrat.  

 

Kita dapat mengamati kembali koleksi reportase lapangan Pak Koen, dalam bentuk drawing, sketsa, dan lukisan. Menyimak berbagai karya lukisannya, kita seperti terhanyut dalam kehidupan ilmu pengetahuan di zaman aufklarung, ketika seorang ilmuwan dituntut menguasai hampir segala disiplin pengetahuan. Kurator Bentara Budaya Efix Mulyadi mengatakan Pak Koen yang pandai menari Jawa, juga andal dalam menggambar dan melukis. Khususnya saat berekspresi menggunakan cat air, dia piawai memainkan beloboran warna yang khas dalam seni lukis cat air.

 

 

Selain karya seni rupa, dipajang pula beragam koleksi perangko Pak Koen, ketika berada di berbagai negara yang pernah disinggahinya. Termasuk berbagai piagam  yang diperolehnya dalam bidang antropologi dan keris miliknya, antara lain keris yang digunakan saat menunaikan ijab kabul pernikahan.

 

Pada perjalanannya dia merintis berdirinya 11 jurusan Antropologi di berbagai Universitas di Indonesia, aktif mengajar dan menulis banyak hal. Berkaitan dengan Kebudayaan dan Pembangunan di Indonesia sejak 1957 hingga 1999 yang dituangkan dalam 22 buku dan lebih dari 200 artikel di berbagai makalah ilmiah dan surat kabar di Indonesia maupun mancanegara.

 

 

Karya-karya dan pemikiran kerap menjadi acuan penelitian mengenai sosial budaya dan masyarakat Indonesia, baik oleh para Ilmuwan Indonesia maupun asing. Pada waktu senggangnya saat SMA, Pak Koen yang terbiasa disiplin dan mandiri sejak kecil diisi dengan melukis dan mempelajari tari Jawa di Tejakusuman.

 

Dia menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jurusan Bahasa Indonesia. Pada tahun 1953, dia kemudian meraih gelar Master of Arts di bidang Antropologi, dari Yale University pada 1956 dan mendapatkan gelar Doktor Antropologi di Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada 1958. Setelah berhasil mengembangkan ilmu antropologi di seluruh Indonesia, pada hari Selasa 23 Maret 1999, Pak Koen tutup usia karena penyakit stroke. (Elly S | Foto: Dok. Bentara Budaya)