Hujan Es Di Indonesia

Hujan merupakan salah satu fenomena alam yang lumrah di Tanah Air dan menjadi musim yang rutin terjadi setelah musim kemarau. Namun, tidak dengan hujan es yang tengah menjadi topik hangat belakangan ini. Salah satunya terjadi di Surabaya pada pertengahan Februari lalu. Berikut beberapa fakta menarik tentang alasan hujan es bisa terjadi di negara tropis seperti Indonesia.

 

  • Hujan es biasanya disertai dengan badai petir dan angin kencang.
  • Fenomena ini lebih banyak terjadi pada masa transisi atau pancaroba, baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.
  • Cuaca ekstrem yang satu ini terjadi dalam beberapa waktu terakhir di sejumlah wilayah Tanah Air, seperti Surabaya, Lampung, Bekasi, dan lain-lain.
  • Menurut Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo, Koordinator Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Timur, penyebab utama hujan es ini adalah adanya awan cumulonimbus.
  • Cumulonimbus merupakan awan vertikal yang menjulang sangat tinggi, padat, dan umumnya menjadi penyebab dari petir, badai, atau cuaca dingin lainnya.
  • Cumulonimbus berasal dari bahasa Latin ‘cumulus’ yang berarti terakumulasi dan ‘nimbus’ berarti hujan.
  • Hail atau bola es terbentuk di bawah suhu beku di dalam awan cumulonimbus yang kemudian jatuh ke permukaan bumi.
  • BMKG menyatakan bahwa hal ini terjadi, karena suhu konvektif sebagai syarat terjadinya awan konvektif tercapai hingga membentuk awan cumulonimbus yang relatif tinggi dengan suhu puncak awan berada di titik beku dan mencapai -69° hingga -100°.
  • Pada fenomena hujan es di Surabaya, nilai reflektivitas awan penghujan pada Citra Radar relatif tinggi, yakni sekitar 50-60 dBz.
  • Ukuran es yang terbentuk memiliki ukuran yang beragam, bisa 5 hingga 50mm.
  • Jika bola-bola es berukuran besar mencapai permukaan dengan kecepatan tinggi, bola-bola tersebut bisa memecahkan jendela, membuat penyok bodi mobil, dan tidak jarang menghancurkan atap rumah.
  • Pada pertengahan Januari 2022, hujan es disertai angin kencang juga sempat terjadi di kawasan Cibinong Sukaraja, Kabupaten Bogor, dan merusak atap rumah warga.