Ricky Thio: Optimis dengan Industri Mobil Premium Indonesia

Managing Director PT Eurokars Motor Indonesia (EMI)

 

Perkembangan bisnis mobil setelah pandemi Covid-19 berangsur-angsur hingga kini semakin membaik. Keberhasilan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 membuat situasi pasar menjadi kondusif. Aktivitas penjualan dan pameran mobil pun mengeliat kembali. 

 

Managing Director PT Eurokars Motor Indonesia (EMI), Ricky Thio mengatakan, “Ajang aktivitas penjualan mobil penting sekali dalam situasi sekarang ini, karena seperti kita ketahui untuk bisnis penjualan mobil dibutuhkan tempat display atau pameran  sebagai sarana customer melihat dan merasakan langsung mobil yang diinginkan. Jadi, saya sebagai pelaku pasar sangat confidence bahwa situasi ini akan mengarah ke yang yang lebih  baik di tahun 2023. Memang kondisinya belum bisa langsung seperti pada tahun 2018 atau 2019, tapi kita sedang kembali mengarah ke sana untuk industri mobil skala lokal dan global.”

 

BACA JUGA:

Andi Renreng: Extreme to the Core

TJ Tham: Ciptakan Ekosistem Pendukung UMKM

 

Namun, memang dibutuhkan inovasi dan terobosan yang tidak biasa, misalnya bagaimana menghadirkan mobil-mobil yang lebih ramah lingkungan dan cocok dengan kebutuhan mobil yang dibutuhkan sesuai zaman sekarang ini. “Untuk tahun 2023 saya optimis kondisi ekonomi akan semakin pulih dan Mazda akan mendatangkan beberapa model baru ke Tanah Air. Sesuai dengan tren global, direncanakan kami juga akan membawa kendaraan elektrifikasi dengan memasukkan mobil hybrid terlebih dahulu yang berbasis Sport Utility Vehicle atau SUV,” lanjutnya.

 

Berbicara mengenai target 2022, Ricky bersyukur dari sisi penjualan akhirnya bisa mencapai target yang telah disepakati bersama tim. Dua tahun terakhir Ricky mengakui karena adanya pandemi tantangan yang dihadapi bukan hanya keterbatasan dari sisi demand, tapi juga supply dan ini juga dialami oleh perusahaan mobil lainnya. Secara berangsur-angsur situasi pun kini sudah mulai membaik.

 

 

Pria yang telah puluhan tahun berkecimpung di industri otomotif dan menyenangi dunia sales ini menambahkan, “Bermain di segmen premium, tantangan yang dihadapi antara lain adalah bagaimana kami bisa memberikan diferensiasi kepada para customer yang memiliki ekspetasi tersendiri terhadap produk kami. Menghadirkan mobil yang membuat penggunanya merasa happy dan bisa menikmatinya dengan maksimal menjadi tantangan bagi Mazda. Kami sangat mengedepankan dua hal, yaitu desain Kodo yang dinamis dan teknologi SkyActiv. Dua hal ini terus kami komunikasikan dan menjadi kekuatan pembeda dari Mazda selama ini.”

 

Kodo adalah sebuah rancangan desain dikembangkan Mazda yang merupakan gabungan dari elemen kecepatan, kekuatan, dan pesona. Pengalaman mengendarai mobil bukanlah sekadar berpindah tempat dari satu titik ke titik lain. Tapi, lebih ke pengalaman yang sarat dengan ikatan emosional pengendara dan kendaraannya. Mobil bukan sekadar besi metal biasa, tapi memiliki soul, seperti kuda bagi penunggangnya. Desain Kodo sendiri mencerminkan Mazda untuk menghadirkan desain dinamis yang tidak mengandalkan komputer, tapi ketrampilan mumpuni dari para pemahat (clay modeler).

 

BACA JUGA:

Shaane Harjani: Membangun Hidup Menggapai Mimpi

Thomas Oloan Siregar: Melakukan yang Terbaik dan Sepenuh Hati

 

Dalam memproduksi mobil yang dikenal dengan istilah monozukuri, filosofi Mazda sangat berbeda dan mengadopsi dari kebudayaan Jepang sendiri, dinamakan Japanese Mastery. Seperti kita ketahui orang Jepang sangat perfectionist. Contohnya, para samurai selalu mempunyai pedang yang disebut katana dan proses pembuatannya harus melalui ritual khusus.

 

“Begitupun, dengan Mazda sangat percaya akan hal tersebut. Namun, anehnya kami masih percaya bahwa tangan manusialah yang mengerakkan robot, bukan robot yang mengerakkan manusia. Prinsip itulah yang Mazda terapkan, tangan-tangan takumi yang mengerakkan aktivitas monozukuri, sehingga setiap mobil memiliki ‘soul emotion’ tersendiri,” jelas peraih Master of E-Commerce, E-Commerce and Telecommunication dari Murdoch University, Australia ini.

 

 

Budaya Jepang sangat menghormati dan menghargai senioritas atau jam terbang. Tidak ada tiba-tiba seseorang menjadi hebat, tapi harus ditempa dengan pengalaman panjang terlebih dahulu baru bisa disebut master. Begitupun dengan para takumi di Mazda, mereka adalah para senior yang bangga dengan sikap perfectionist. Inilah yang selalu dikomunikasikan ke para customer bahwa Mazda menjual produk berbeda dan berkualitas tinggi.

 

Dalam memimpin perusahaan, Ricky menekankan paling penting adalah setiap karyawan harus mempunyai pemahaman, mindset, dan tujuan yang sama, sehingga ketika bekerja semuanya bergerak ke arah yang sama. Dia berkata, “Saya bukan superman dan tentunya tidak bisa bekerja sendiri. Masing-masing memiliki kelebihan dan bisa saling melengkapi, dengan komunikasi yang baik setiap kesulitannya dapat diatasi bersama-sama. Setiap generasi memiliki value yang berbeda-beda, termasuk karyawan milenial turut memberikan kontribusi dan keuntungan untuk perusahaan. Sisi kreativitas, inovasi, dan melek teknologi dari sosok milenial dapat dimanfaatkan dengan sebaiknya-baiknya dalam mencapai target kerja yang telah ditetapkan.”

 

BACA JUGA:

Arno D Rizaldi Setiawan: Berjuang Bangun Loyalitas

Fadjar Judisiawan: Manfaatkan Teknologi Hadirkan Layanan Unggul

 

Dalam menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga, Ricky berusaha untuk tidak menganggu waktu weekend para stafnya. Itulah sebabnya, dia seringkali merasa tidak nyaman, jika harus menelepon karyawannya saat di hari libur.

 

“Yang namanya pekerjaan itu tidak akan pernah ada habisnya. Jadi, ketika jam kantor gunakanlah waktu dengan bekerja sebaiknya-baiknya secara berkualitas dan ketika jam pulang kerja, ya harus pulang tidak perlu berlama-lama lagi di kantor. Saya sudah bekerja cukup lama di perusahaan Jepang yang terbiasa dengan gaya kerja long hours. Saya perhatikan kadang-kadang di siang hari mereka tidak bekerja secara produktif dan baru malam hari dikerjakan. Waktu bersama keluarga pun jadinya terganggu dan ini sebaiknya kita hindari,” paparnya dengan nada serius. Dengan menjaga work life balance, seseorang dapat lebih maksimal dalam bekerja, bahagia, dan memicu kreativitas lebih tinggi dan kita bisa live life to the fullest…