Kanker Tiroid Tak Boleh Diabaikan

Cara kerja terapi nuklir yakni yodium radioaktif akan ditugaskan untuk menipu sel-sel kanker tiroid. Yodium akan menjadi ‘makanan’ tiroid yang kemudian menghasilkan hormon tiroid.

 

Kanker tiroid masih menjadi salah satu jenis penyakit kanker yang bisa menyebabkan kematian pada manusia. Sayangnya, informasi tentang jenis kanker ini belum banyak diketahui masyarakat awam.

Dr. Hapsari Indrawati, SpKN dari Kedokteran Nuklir MRCCC Siloam Hospitals menjelaskan bahwa menurut data American Cancer Society, terdapat 33.550 kasus baru kanker tiroid yang menyebabkan 1530 kematian. Hal ini menunjukkan jumlah penderita kanker tiroid terus meningkat, meski jumlah kematian akibat kanker tiroid relatif stabil.

Gejala kanker tiroid antara lain sakit tenggorokan, kesulitan dalam menelan, suara menjadi serak dan tidak membaik setelah beberapa minggu. Kemudian terasa mudah lelah, sulit tidur, dan gampang terserang flu maupun batuk.

Kanker jenis ini sering kali dialami kaum perempuan, bahkan sekitar 80 persen dari kasus dialami oleh wanita. Kanker tiroid jenis ini umumnya tumbuh secara perlahan pada sel-sel folikel di salah satu atau kedua lobus kelenjar tiroid. Dilihat dari kemiripan bentuk selnya, sel kanker tipe papiler cenderung sangat mirip dengan sel tiroid yang normal sehingga sedikit sulit terdeteksi.

Namun kanker tiroid papiler ini tetap dapat diobati dan disembuhkan secara total jika dideteksi sedini mungkin. Jenis kanker tiroid anaplastik termasuk kasus yang paling jarang ditemukan, yaitu hanya sekitar satu persen. Namun, kanker jenis ini justru paling berbahaya dan lebih cepat menyebar dibandingkan jenis kanker tiroid lainnya.

Dalam diskusi ilmiah, Ketua Umum YKI Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP menerangkan tentang sejumlah faktor makanan yang memicu dan dapat meningkatkan risiko kanker. Antara lain alkohol yang dapat mempengaruhi kesehatan mulut, tekak, pangkal tenggorokan saluran kerongkongan, hingga hati. Konsumsi garam berlebih mempengaruhi kesehatan lambung. Demikian pula gula, lemak total, dan lemak jenuh.

“Kanker itu 90-95 persen dari lingkungan dan gaya hidup, sementara genetik hanya 5-10 persen saja. Jika dideteksi lebih dini, sekitar 90 persen kasus kanker tiroid dapat dicegah,” paparnya.

Dr. Hapsari menekankan pentingnya terus mengonsumsi hormon tiroid sepanjang hidup pasien agar tidak terkena gejala hipotiroid yang dapat menyebabkan pasien lemah, bertambah berat badan, produktivitas kerja berkurang, maupun kenaikan tingkat TSH (Thyroid Stimulating Hormone). Tahapan pengobatan kanker tiroid biasanya dimulai dari operasi pembuangan tumor kanker dan dilanjutkan dengan ablasi sisa kanker yang masih ada di jaringan tubuh.

Salah satu metode ablasi yang disarankan adalah terapi nuklir atau radio iodine. Terapi ini merupakan tahap lanjutan setelah operasi pembuangan kanker untuk menghancurkan jaringan yang belum terbuang dan berpotensi kembali menjadi kanker. Cara kerja terapi nuklir yakni yodium radioaktif ditugaskan untuk menipu sel-sel kanker tiroid. Yodium akan menjadi ‘makanan’ tiroid yang kemudian menghasilkan hormon tiroid.

Mengingat jumlah penderita semakin meningkat, kelompok penyintas kanker tiroid menyampaikan pentingnya melakukan deteksi dini yang disebut dengan Perlahan, yakni Perhatikan Leher Anda.

Deteksi dini ini dapat dilakukan sendiri sambil menghadap cermin. Caranya lakukan perabaan di bagian leher bawah tempat kelenjar tiroid berada, yakni di bawah jakun leher. Jika terasa ada benjolan atau yang tidak biasa di area tersebut, harus segera periksa ke dokter onkologi. Angie Diyya | Istimewa