Ragahdo Yosodiningrat: Muda, Berprestasi, dan Berjiwa Tangguh di Dunia Hukum

Dia menyadari bahwa setiap kasus, besar atau kecil, memerlukan perhatian dan profesionalisme yang sama.

 

Menjalani karier sebagai Associate Partner di firma hukum Henry Yosodiningrat & Partners di usia yang baru menginjak 29 tahun, Sangun Ragahdo Yosodiningrat atau akrab disapa Aga, adalah sosok pengacara muda yang tak hanya andal dalam menangani kasus-kasus besar, tetapi juga memiliki kepribadian yang rendah hati. “Saya sudah jadi pengacara sejak 2018, meskipun sebelumnya sudah magang dan sering ikut sidang,” ungkap Aga yang merupakan lulusan Master of Laws dari Erasmus University Rotterdam serta doktor di bidang hukum bisnis dari Universitas Trisakti.

 

Aga sudah banyak menangani kasus-kasus dengan sorotan media, termasuk yang melibatkan aparat penegak hukum dan kasus politik yang penuh tantangan. “Kasus dengan media exposure tinggi punya tantangan sendiri. Publik sering kali sudah punya opini sejak awal, jadi di persidangan tugas kita harus bisa mengungkapkan fakta secara objektif,” ujarnya. Dalam penanganan kasus-kasus seperti ini, Aga menyadari betul pentingnya persiapan matang agar setiap langkah di persidangan berjalan sesuai fakta yang ada.

 

Di tengah popularitas yang perlahan menanjak, Aga juga mengakui bahwa profesinya cukup terekspos di media sosial dan sering kali mendapatkan komentar yang kurang menyenangkan. "Terkadang ada yang mengira saya pengacara baru atau anak magang, padahal sudah beberapa tahun lulus. Tapi saya tidak terlalu memusingkan itu, yang penting saya menyampaikan fakta di persidangan dengan benar,” katanya sambil tertawa.

 

Meski terbiasa dengan tekanan kerja yang tinggi, Aga tak lepas dari momen-momen sulit. Baginya, beban kerja yang intens sering kali menguji stamina. Dia mengingat salah satu pengalaman paling padat ketika menangani kasus yang melibatkan klien penting. “Sidangnya tiga kali seminggu, saya juga harus sering lembur buat pledoi sampai 130 halaman. Kalau jam tidur berantakan biasanya saya istirahat habis subuh dan nge-gym untuk jaga stamina,” paparnya.

 

Dalam perjalanan kariernya, Aga juga berbagi momen yang cukup membanggakan, yakni ketika dia berhasil membebaskan klien dari tuntutan berat di Ambon, di tengah pandemi. “Waktu itu klien saya dituntut 10 tahun, dan akhirnya bisa bebas murni. Prosesnya bolak-balik ke kota Ambon. Cukup sulit karena sedang di masa pandemi, tapi bagi saya itu prestasi,” kenang penggemar otomotif ini.

 

Meski dihadapkan pada pilihan untuk lebih dikenal lewat media sosial, Aga memilih untuk fokus pada karier hukumnya.

 

Selengkapnya dapat dibaca di e-magazine Women’s Obsession 119