Gaya boleh berubah setiap musim, tapi denim selalu punya cara untuk tetap bertahan. Begitu juga dengan koleksi terbaru dari Levi’s untuk penghujung 2025. Memadukan warisan desain klasik dengan sentuhan modern, koleksi ini hadir sebagai interpretasi segar atas gaya denim yang kini makin digemari, seperti siluet longgar, nyaman, dan tetap stylish.
Lewat sesi Fall Into Denim, tiga lini utama diperkenalkan, Loose Collection, Icons, dan Blue Tab. Ketiganya dirancang untuk mendampingi berbagai aktivitas, tanpa mengurangi kenyamanan maupun karakter khas Levi’s.
“Desain boleh berkembang, tapi akan kami tetap kuat. Kami ingin denim tetap terasa personal. Sesuatu yang bisa dipakai hari ini, dan tetap relevan bertahun-tahun ke depan," ujar Jasmine dari Levi's Strauss & Co, di acara Levi’s Fall Into Denim product preview, di Jakarta (29/7).
Potongan baggy kembali naik daun belakangan ini. Lewat 578 Baggy untuk pria dan Baggy Dad Barrel untuk perempuan, Levi’s mengusung gaya yang lebih santai tanpa kehilangan bentuk. Jahitan yang melengkung, detail stacking, dan siluet yang fleksibel membuat jeans ini cocok dipakai dari pagi sampai malam.
“Menurut saya denim yang bagus itu tidak banyak aturan. Bisa dipakai siapa saja dan tetap terasa pas,” kata Ajeng Swastiari, stylist yang menangani seluruh tampilan koleksi. “Contohnya barrel jeans. Tinggal dipadukan dengan sepatu yang tepat, langsung berubah nuansanya. Mau maskulin, playful, atau lebih bold, semuanya bisa," lanjutnya.
Workwear seperti 568 Loose Straight Carpenter juga kembali tampil. Terinspirasi dari celana kerja para tukang kayu, celana ini hadir dengan kantong ekstra dan lapisan dobel di lutut. Fungsi tetap jadi kunci, tapi tampilannya dibuat lebih modern.
Dari semua lini Levi’s, 501 tetap jadi inti. Potongan straight-leg ini sekarang hadir dalam berbagai bentuk: 501 Crop, 501 ‘90s Fit, dan 501 Thermodapt—yang menggunakan benang khusus berstruktur rongga untuk menjaga suhu tubuh tetap nyaman.
“501 itu seperti sahabat lama. Tidak banyak gaya, tapi selalu bisa diandalkan. "Versi Thermodapt juga membuat jeans ini bisa menyesuaikan diri saat cuaca panas atau dingin, jadi tetap enak dipakai di segala situasi," jelas Jasmine.
Bagi yang ingin tampilan lebih refined, Blue Tab jadi opsi menarik. Potongannya lebih tajam, bahannya lebih premium, tapi tetap membawa ciri khas Levi’s. Beberapa jaket cropped boxy bahkan dibuat unisex, membuktikan bahwa denim tidak terpaku pada gender, tapi soal kenyamanan dan ekspresi diri.
“Kami tidak bikin formula khusus untuk gaya denim. Justru yang seru itu saat denim bisa mengikuti bentuk tubuh dan karakter masing-masing. Satu celana bisa punya banyak wajah tergantung siapa yang memakainya," ujar Jasmine.
Di antara koleksi yang dipamerkan hari itu, denim-on-denim jadi salah satu tampilan yang banyak menarik perhatian, namun tetap terasa ringan dan bisa diadaptasi.
“Tidak perlu takut main layer, atau eksperimen potongan. Justru dari situ muncul gaya yang paling jujur. Denim itu dipakai agar kita bisa jadi diri sendiri, tidak harus selalu cocok dengan tren," tutup Ajeng.
Melalui koleksi terbaru ini, Levi’s menunjukkan arah baru yang tetap berpijak pada arsip klasik, namun lebih adaptif terhadap kebutuhan gaya hidup masa kini. Bukan hanya nostalgia, tapi juga relevansi saat potongan-potongan lama bisa kembali hadir dengan konteks yang berbeda. Denim tidak hanya dibawa kembali, tapi digerakkan menuju ruang yang lebih luas, fungsional, personal, dan bisa ditafsirkan ulang pemakainya.(Levi's)