Ketika berbicara tentang negara dengan populasi paling sehat dan ramping, pikiran kita langsung tertuju pada Jepang. Negeri Sakura memang terkenal dengan budaya hidup sehat, makanan tradisional yang bergizi, dan tingkat obesitas yang rendah. Namun, siapa sangka ada satu negara di Asia Tenggara yang ternyata memiliki tingkat obesitas jauh lebih rendah dari Jepang, bahkan menjadi salah satu yang terendah di dunia. Negara tersebut adalah Vietnam.
Data terbaru menunjukkan bahwa tingkat obesitas di Vietnam hanya sekitar 2,1 persen pada orang dewasa. Angka ini tercatat sebagai salah satu yang paling rendah di dunia dan jauh di bawah rata-rata negara Asia Tenggara lainnya. Jika dibandingkan dengan Jepang yang kerap dianggap sebagai negara dengan populasi ramping, Vietnam masih unggul dengan prevalensi obesitas yang lebih rendah.
Fenomena ini menjadi semakin menarik ketika kita mempertimbangkan bahwa Vietnam adalah negara berkembang yang masih dalam proses transisi ekonomi. Di tengah globalisasi dan masuknya berbagai pengaruh gaya hidup modern, Vietnam berhasil mempertahankan pola hidup yang membuat populasinya tetap sehat dan ideal secara berat badan.
Warisan Kuliner yang Menjadi Kunci Kesehatan
Salah satu rahasia utama di balik rendahnya tingkat obesitas di Vietnam terletak pada warisan kuliner tradisional mereka. Masakan Vietnam memiliki karakteristik unik yang secara alami mendukung pola makan sehat. Penggunaan sayuran segar yang melimpah, rempah-rempah alami, dan teknik memasak yang tidak banyak menggunakan minyak menjadi fondasi dari diet sehari-hari masyarakat Vietnam.
Pho, sup mie yang menjadi ikon kuliner Vietnam, adalah contoh filosofi makan sehat. Kaldu yang dimasak berjam-jam dengan tulang sapi atau ayam menghasilkan nutrisi yang kaya, sementara porsi daging yang tidak berlebihan dan sayuran segar yang berlimpah memberikan keseimbangan gizi yang optimal. Begitu juga dengan hidangan-hidangan lain seperti goi cuon (spring roll segar) yang dibungkus dengan daun selada dan dipenuhi sayuran mentah.
Porsi makanan dalam budaya Vietnam juga cenderung lebih kecil namun beragam. Mereka terbiasa mengonsumsi berbagai jenis makanan dalam satu kali makan, namun masing-masing dalam porsi yang tidak berlebihan. Konsep "variety in moderation" ini secara tidak langsung mengontrol asupan kalori sekaligus memastikan kebutuhan nutrisi yang beragam terpenuhi.
Gaya Hidup Aktif yang Terintegrasi dalam Keseharian
Selain pola makan, gaya hidup masyarakat Vietnam juga sangat mendukung pemeliharaan berat badan ideal. Di kota-kota besar seperti Ho Chi Minh City dan Hanoi, pemandangan ribuan sepeda motor memenuhi jalanan bukan hanya menunjukkan preferensi transportasi, tetapi juga mencerminkan gaya hidup yang lebih aktif dibandingkan dengan negara-negara yang didominasi mobil pribadi.
Berjalan kaki masih menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat Vietnam. Pasar-pasar tradisional yang tersebar di setiap sudut kota mendorong masyarakat untuk berjalan keliling berbelanja kebutuhan sehari-hari. Aktivitas ini, meskipun terlihat sederhana, berkontribusi signifikan terhadap pembakaran kalori harian.
Tradisi senam pagi di taman-taman kota juga masih sangat populer di Vietnam. Dari tai chi hingga aerobik sederhana, masyarakat dari berbagai usia berkumpul setiap pagi untuk beraktivitas fisik bersama. Ini bukan hanya tentang olahraga, tetapi juga tentang membangun komunitas yang mendukung gaya hidup sehat.
Transisi Ekonomi yang Terkontrol
Vietnam berada dalam posisi unik sebagai negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi pesat namun masih mempertahankan banyak aspek tradisional dalam gaya hidup masyarakatnya. Berbeda dengan negara-negara yang mengalami transisi ekonomi mendadak dan kemudian dihadapkan dengan lonjakan tingkat obesitas, Vietnam sepertinya berhasil mengelola perubahan ini dengan lebih baik.
Urbanisasi yang terjadi di Vietnam tidak serta merta menghilangkan kebiasaan-kebiasaan sehat yang sudah mengakar dalam budaya. Meskipun makanan cepat saji internasional mulai masuk, masyarakat Vietnam masih sangat terikat dengan kuliner tradisional mereka. Warung-warung kecil yang menjual pho, banh mi, atau com tam masih lebih diminati dibandingkan dengan restoran waralaba internasional.
Sistem distribusi makanan di Vietnam juga masih sangat mengandalkan pasar-pasar tradisional dan pedagang keliling. Ini berarti akses terhadap makanan segar dan bahan-bahan alami masih sangat mudah dan terjangkau bagi sebagian besar masyarakat.
Vietnam membuktikan bahwa modernisasi tidak harus berarti mengorbankan kesehatan. Kunci utamanya terletak pada bagaimana mempertahankan nilai-nilai dan kebiasaan positif dari tradisi, sambil tetap terbuka terhadap perkembangan zaman. Pemerintah Vietnam juga berperan dalam menjaga keseimbangan ini melalui kebijakan-kebijakan yang tidak hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperhatikan aspek kesehatan masyarakat.
Bagi para wanita Indonesia yang sering merasa tertekan dengan standar kecantikan dan tekanan untuk memiliki tubuh ideal, Vietnam menunjukkan bahwa kesehatan dan berat badan ideal bukan hasil dari diet ekstrem atau olahraga berlebihan, melainkan dari gaya hidup yang seimbang dan berkelanjutan.
Kisah Vietnam ini menginspirasi kita semua bahwa kesehatan bukanlah kemewahan yang hanya bisa dinikmati oleh negara maju. Dengan komitmen terhadap tradisi yang baik, gaya hidup aktif, dan kebijakan yang mendukung, setiap negara memiliki potensi untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan bahagia. Vietnam telah membuktikannya, dan kini saatnya negara-negara lain belajar dari keberhasilan mereka. (Angie | Istimewa)