Skor Kesehatan Finansial Generasi Muda Turun, OCBC Dorong Gaya Hidup FUNanciallyFIT

 

Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil di angka 5,12% pada kuartal II 2025, kondisi finansial generasi muda ternyata menunjukkan sinyal waspada. Laporan Financial Fitness Index (FFI) 2025 dari OCBC mencatat skor kesehatan finansial turun ke 40,6 dari 41,25 pada tahun sebelumnya. Ini menjadi penurunan pertama setelah empat tahun berturut-turut mencatat tren positif.

 

Salah satu temuan yang cukup mengkhawatirkan adalah semakin sedikitnya masyarakat yang siap dengan dana darurat. Hanya 19% responden yang mengaku memiliki persiapan jika kehilangan pekerjaan, turun dari 25% tahun lalu. Kebiasaan menabung rutin juga menurun, dari 92% menjadi 89%. 

 

“Penurunan skor FFI ini menjadi wake-up call bahwa di situasi ekonomi seperti apapun, masyarakat perlu mempertahankan kebiasaan finansial yang sehat,” ujar Jeannette Erena Kristy Tampi, Marketing Communication Division Head OCBC. Ia menekankan pentingnya langkah sederhana seperti menabung, mencatat pengeluaran, menyiapkan dana darurat, hingga bijak mengelola hutang agar tetap FUNanciallyFIT.

 

Di sisi lain, riset ini juga menyoroti adanya perubahan pola hidup yang lebih terkendali. Mereka yang mengaku sering menghabiskan uang demi mengikuti gaya hidup teman turun dari 80% menjadi 76%. Meski angkanya masih tinggi, tren ini menunjukkan kesadaran baru bahwa kesenangan bisa diraih tanpa harus mengorbankan stabilitas finansial. Namun, persepsi materialistik masih menguat, dengan 40% responden menilai kesejahteraan identik dengan rumah mewah dan 26% dengan mobil mewah.

 

 

Influencer Lutfi Afansyah berbagi pengalamannya yang menjadi "wake up call" pribadi tentang kondisi keuangannya. Dia menceritakan saat pertama kali mencoba instrumen keuangan dan mulai melacak pengeluarannya. Setelah sebulan, dia kaget menyadari bahwa saldo rekeningnya tidak bertambah karena dia terlalu sering menggunakan kartu kredit tanpa menyadarinya.

 

Pengalaman ini sangat relevan dengan data yang menyebutkan 77% anak muda memiliki pengeluaran yang tidak terkontrol. Lutfi mengakui bahwa ia turut menyumbang pada angka tersebut dan menyadari bahwa ia harus berubah. Dia menekankan bahwa kesalahan bukan pada kartu kredit, melainkan pada kebiasaan penggunanya.

 

Pengalaman Lutfi ini menyoroti pentingnya micro-spending, mencatat dan melacak setiap pengeluaran kecil. Hal ini menjadi langkah awal untuk mengelola keuangan dengan lebih baik. Lutfi juga mengilustrasikan betapa mudahnya terjebak dalam pengeluaran tanpa sadar, dan pengalamannya berfungsi sebagai pengingat bagi para pendengar untuk lebih memperhatikan kebiasaan finansial mereka.

 

Terakhir, sebagai solusi, OCBC menawarkan tips praktis melalui OCBC Mobile Bank, yang memungkinkan pengguna mengecek kondisi keuangan mereka dalam dua hingga tiga menit. Tiga tips utama yang diberikan adalah micro-spending, di mana pengguna dianjurkan untuk mencatat setiap pengeluaran kecil demi mengutamakan kebutuhan dan mengurangi keinginan; menabung dengan disiplin, bahkan dengan nominal kecil sekalipun, karena kebiasaan menabung harus tetap dijaga; dan berinvestasi dengan bijak, dengan memahami produk investasi yang dipilih. OCBC juga menyediakan komunitas dan kelas edukasi serta mempermudah investasi dengan nominal terjangkau, seperti Rp10.000, untuk menghapus alasan tidak berinvestasi. (Angie | Dok. OCBC)