Di saat banyak orang seusianya memilih jalur aman di balik meja kantor berpendingin udara, Fitriesya Maulani justru melangkah ke arah yang berbeda. Debu konstruksi, suara mesin, dan negosiasi di lapangan menjadi keseharian yang ia pilih sejak lebih dari satu dekade lalu. Bukan tanpa alasan. Perempuan kelahiran Biak, Papua ini melihat peluang emas di balik sektor yang dianggap "terlalu berat" untuk perempuan.
Hari ini, 11 tahun setelah keputusan beraninya, Dhanteras Group yang ia dirikan telah menjelma menjadi salah satu pemain penting dalam rantai pasokan material konstruksi Indonesia. Perusahaannya yang kini menaungi sekitar 200 karyawan telah berkontribusi dalam berbagai proyek prestisius, yakni jalan tol yang menghubungkan kota-kota besar hingga bantuan material untuk pemulihan pascagempa Cianjur.
Angka-angka memang tidak berbohong. Pemerintah mengalokasikan Rp 422,7 triliun untuk infrastruktur dalam APBN 2024, sebuah “kue” ekonomi yang terlalu besar untuk diabaikan. Sektor konstruksi menyumbang hampir 10% PDB nasional dan menyerap 8,7 juta tenaga kerja.
Target penambahan 203 kilometer jalan tol baru yang siap operasi tahun 2025 saja sudah cukup membuat mata berbinar. Bagi Fitriesya, ini bukan sekadar angka statistik, melainkan peluang nyata.
"Kami melihat kebutuhan material akan terus meningkat sejalan dengan proyek infrastruktur pemerintah. Tantangan kami adalah menjaga kualitas mulai dari tenaga kerja yang profesional dan distribusi agar bisa memenuhi standar proyek berskala nasional," katanya dengan nada serius yang biasa terdengar dari eksekutif berpengalaman.
Jalan Berliku dari Banking ke Konstruksi
Fitriesya bukanlah tipikal entrepreneur yang langsung terjun ke bisnis setelah lulus kuliah. Setelah menyelesaikan Diploma Akuntansi di IPB (2010) dan S1 Administrasi Bisnis di Sekolah Tinggi Ilmu Mandala (2011), ia meniti karier konvensional, mulai dari SPG hingga sales di Telkomsel, lalu berkarier di perbankan.Dunia banking ternyata menjadi "sekolah" terbaik untuknya. Disiplin kerja yang ketat, analisis risiko yang mendalam, dan pentingnya menjaga kepercayaan klien, semua nilai ini kemudian ia bawa ke dunia usaha.
"Dunia kerja memberi banyak ilmu, tapi ruang berinovasi terbatas. Saya ingin bebas menuangkan ide dan membangun usaha sendiri," kenangnya tentang momen turning point yang mengubah hidupnya.
Keputusan itu memang tidak mudah. Modal terbatas, pasar yang belum jelas, bahkan badan hukum pun belum ada. Namun, Fitriesya memilih bertaruh pada konsistensi dan kualitas layanan. Klien-klien kecil yang dulunya ia layani dengan sepenuh hati, kini telah tumbuh menjadi mitra dalam proyek-proyek besar.
Strategi Anti-Mainstream Fokus pada Niche Market
Dalam lautan persaingan bisnis, Fitriesya memilih jalan yang berbeda. Bukan terjun ke bisnis yang sudah ramai pemain, ia justru fokus pada material alam dan energi, sektor yang relatif sepi dari kompetitor baru namun memiliki demand yang stabil.
"Saya tidak mau terlalu sibuk memikirkan kompetitor. Fokus saya menjaga kualitas barang, memastikan kepuasan pelanggan, dan konsisten dengan visi yang saya bangun," tegasnya.
Strategi diferensiasi ini terbukti ampuh. Dhanteras Group kini dipercaya menangani pasokan material untuk berbagai proyek jalan tol dan memperluas bisnis ke solar industri, mengikuti tren permintaan energi yang terus meningkat.
Memimpin Generasi Z dengan Hati
Tantangan terbesar Fitriesya saat ini bukanlah soal pasar atau kompetitor, melainkan bagaimana memimpin generasi Z yang kini mendominasi tenaga kerja. Generasi yang tumbuh di era digital ini memiliki karakteristik dan ekspektasi yang berbeda dari generasi sebelumnya.
"Kalau kita minta mereka disiplin, kita harus duluan disiplin. Kalau kita minta mereka semangat, kita juga harus memberi energi positif," ujarnya, menjelaskan filosofi kepemimpinan adaptifnya.
Baginya, kepemimpinan bukan soal memberikan perintah dari balik meja, melainkan memberikan contoh nyata di lapangan. Approach yang humanis dan berbasis keteladanan ini terbukti efektif membangun organisasi yang solid sekaligus inovatif.
Lari sebagai Metafora Kehidupan
Meski jadwal hariannya padat, ibu dua anak perempuan ini tetap menyempatkan waktu untuk hobi yang ia tekuni, yakni lari. Baginya, lari bukan sekadar olahraga untuk menjaga kesehatan fisik, melainkan latihan mental untuk konsistensi dan ketahanan.
"Lari melatih saya untuk konsisten. Sama seperti bisnis, yang penting bukan hanya cepat, tapi bagaimana agar bisa terus bertahan sampai mencapai target yang sudah saya tentukan sebelumnya," ujarnya dengan mata berbinar.
Selain lari, Fitriesya juga menjaga keseimbangan hidup dengan rutinitas berdoa, pola makan sehat, dan membaca buku. Baginya, kesuksesan bisnis tanpa kebahagiaan personal adalah kemenangan yang hampa.
Visi Besar untuk Indonesia
Menatap masa depan, Fitriesya tidak puas dengan pencapaian saat ini. Dhanteras Group menargetkan peningkatan kontribusi dalam proyek energi dan infrastruktur berkelanjutan. Dengan pasar konstruksi Indonesia yang bernilai ratusan triliun rupiah per tahun, optimisme untuk terus berkembang sangatlah beralasan.
"Sektor energi dan infrastruktur adalah fondasi pertumbuhan bangsa. Dengan inovasi, integritas, dan kepemimpinan adaptif, saya yakin perusahaan akan terus berkembang," tutupnya dengan penuh keyakinan.
Menurut Fitriesya, kesuksesan sejati tidak diukur dari angka omzet atau jumlah karyawan, melainkan keberanian untuk terus mencoba meski menghadapi risiko kegagalan. Ia percaya bahwa krisis adalah ujian yang menampilkan kualitas sejati seorang pemimpin.
Dari seorang gadis Papua yang bermimpi besar hingga menjadi pengusaha sukses di ibu kota, perjalanan Fitriesya Maulani membuktikan bahwa dengan tekad, konsistensi, dan strategi yang tepat, tidak ada yang tidak mungkin, termasuk memimpin bisnis "berat" sebagai seorang perempuan. (Angie)