Gejala PMS vs Anemia: Kenali Hubungan Siklus Menstruasi dan Risiko Kekurangan Zat Besi pada Perempuan

Mayoritas perempuan kerap merasakan kondisi tubuh drop setiap kali jadwal menstruasi datang. Kepala pusing, tenaga yang mudah terkuras, hingga perasaan atau mood kacau ini biasa dikenal dengan Premenstrual Syndrom atau PMS. Tapi, kalau gejala-gejala tersebut muncul dalam jangka waktu yang panjang dan setiap bulan hadir dengan keluhan yang sama, seperti: lemas, pucat, dan mudah lelah, bisa jadi hal tersebut justru pertanda bahwa tubuh sedang mengalami kekurangan zat besi alias anemia. 

 

Permasalahannya adalah, masih banyak perempuan khususnya di Indonesia yang belum menyadari kalau rasa lemas yang dianggap “biasa” itu sebenarnya sinyal serius dari tubuh. Berdasarkan data Riskesdas 2018, sekitar 32 persen perempuan usia 15–24 tahun di Indonesia mengalami anemia. Dan angka ini melonjak jadi 48,9 persen pada ibu hamil. Jadi bayangkan, hampir separuh perempuan di Indonesia menghadapi risiko yang anemia, tapi jarang yang benar-benar sadar.

Siklus Menstruasi Bisa Jadi Pemicu Anemia

 

Dibandingkan dengan laki-laki, kekurangan zat besi atau anemia memang lebih berisiko terjadi pada perempuan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh siklus menstruasi, tubuh setidaknya akan kehilangan sekitar 30-40 mililiter darah. Karena setiap tetes darah membawa zat besi, kehilangan darah berlebih tanpa asupan pengganti bisa menurunkan kadar hemoglobin.

 

“Anemia adalah kondisi di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal. Akibatnya, pasokan oksigen ke organ tubuh berkurang sehingga timbul rasa lelah, letih, dan lesu,” jelas dr. Rovy Pratama, MBA.

 

Dampak Anemia Bagi Perempuan

 

Tidak hanya membuat tubuh terasa lemah, kekurangan zat besi bagi perempuan juga memiliki dampak panjang. Pada remaja putri atau perempuan produktif, anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh hingga konsentrasi. Sedangkan pada ibu hamil, kurangnya zat besi dalam tubuh bisa meningkatkan risiko komplikasi pendarahan, pertumbuhan janin terhambat, bayi lahir prematur, hingga adanya  gangguan neurokognitif pada anak.

 

“Dalam jangka panjang, anemia dapat memengaruhi kualitas sumber daya manusia untuk generasi masa depan Indonesia. Turunnya produktivitas, prestasi belajar, hingga risiko bayi stunting merupakan efek berantai yang perlu dicegah sejak dini,” ungkap sang dokter.

 

Suplemen Zat Besi: Cara Praktis Cegah Anemia 

 

Untuk meminimalisir dampak panjang dari anemia, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sebenarnya telah memiliki program pemberian tablet tambah darah (TTD) atau suplemen zat besi yang dijalankan di institusi pendidikan seperti SMP dan SMA dengan memberikan satu tablet setiap minggu selama 52 minggu (satu tahun).

Namun faktanya, hingga saat ini masih terdapat 8,3 juta dari 12,1 juta remaja perempuan yang masih belum atau enggan untuk mengkonsumsinya. Salah satu alasan sederhananya, karena rasa besi pada TTD yang kuat dan membuat mual saat dikonsumsi. Padahal, suplemen zat besi itu bukan hanya “pelengkap”, tapi bagian penting dari rutinitas menjaga energi dan fokus. Tanpa itu, kekurangan zat besi bisa memengaruhi mood, produktivitas kerja, bahkan kualitas hidup secara keseluruhan.

 

Mewujudkan harapan masyarakat, kini hadir “Sakatonik Activ Gummy” suplemen zat besi berbentuk gummy pertama di Indonesia. Memiliki rasa yang enak, inovasi dari Kalbe Consumer Health ini membuat konsumsi zat besi terasa lebih ringan dan fun, karena rasanya yang enak tanpa terasa aroma besi. 

 

“Kami memahami banyak perempuan kesulitan mengonsumsi suplemen karena rasa besinya yang kuat. Karena itu, kami meluncurkan Sakatonik Activ Gummy dengan kandungan tinggi zat besi, asam folat, dan vitamin B12, serta rasa mixed berry juice yang enak. Harapannya, konsumsi suplemen zat besi menjadi lebih rutin dan menyenangkan,” kata Adelia Theresia, Head of Vitamin Category Kalbe Consumer Health.

 

 

Sakatonik Activ Gummy sangat cocok untuk semua perempuan aktif, mulai dari pekerja kantoran yang sibuk, mahasiswa yang sering begadang, atau ibu muda yang harus tetap fit sepanjang hari. Kandungannya membantu menjaga kadar hemoglobin, mendukung pembentukan energi, dan meningkatkan daya tahan tubuh.

 

Cara Sederhana untuk Cegah Anemia saat Menstruasi

 

Selain mengonsumsi suplemen, beberapa langkah kecil ini bisa bantu tubuhmu tetap prima selama menstruasi:

  • Perbanyak makanan tinggi zat besi. Pilih daging merah, hati ayam, ikan, telur, dan sayuran hijau seperti bayam atau brokoli.
  • Tambahkan vitamin C. Buah jeruk, jambu biji, dan stroberi membantu tubuh menyerap zat besi lebih optimal.
  • Tetap aktif dan tidur cukup. Olahraga ringan dan tidur 7–8 jam bisa membantu pembentukan sel darah merah.
  • Catat durasi dan volume haid. Kalau menstruasi berlangsung lebih dari tujuh hari atau darah keluar terlalu banyak, segera konsultasi ke dokter.
  • Kelola stres dan hidrasi tubuh. Minum air cukup dan jaga pikiran tenang agar siklus haid tetap seimbang.

Memiliki segudang aktivitas,seperti mengurus pekerjaan, keluarga dan orang lain, terkadang membuat perempuan lupa akan dirinya sendiri. Lemas setiap kali menstruasi, menjadi salah satu tanda bahwa tubuh perlu perhatian lebih. Dengan mengenali tanda-tanda anemia dan memperbaiki asupan zat besi, aktivitas bisa dijalani tanpa drama lemas setiap bulan. Karena self love bukan hanya soal skincare atau me time, tapi juga tentang menjaga tubuh agar tetap kuat menghadapi rutinitas setiap hari.(Arfi)