Perayaan satu dekade perjalanan TANGAN Privé hadir dalam babak istimewa di Jakarta Fashion Week 2025. Tahun ini, rumah mode yang dikenal akan karakter kuat dan bahasa desain yang berakar pada identitas Nusantara itu tampil sebagai salah satu honoree Dewi Fashion Knights dengan koleksi berisi 18 busana. Koleksi ini menelusuri warisan budaya Indonesia dalam tiga dimensi waktu: masa lalu, masa kini, dan masa depan yang dibayangkan.
Alih-alih sekadar menampilkan tradisi, TANGAN Privé memilih untuk menafsir ulang nilai dan bentuknya. Setiap potongan busana terasa seperti dialog antara pribadi dan publik, antara ketelitian dan teatrikalitas, antara yang terlihat dan yang tersembunyi. Untuk pertama kalinya, label ini juga menghadirkan busana pria. Tiga tampilan yang diperkenalkan membawa kesan tenang namun berwibawa, berpijak pada kekayaan simbol dan ragam budaya yang menyatu tanpa batas.
Sementara itu, lini busana wanita tampil lebih ekspansif dengan struktur yang tegas dan volume yang megah. Teknik corsetry dan bustier menjadi tulang punggung teknis koleksi ini. Dalam satu tampilan, mantel merah satin dengan lengan arsitektural menyimpan detail tenun di bagian dalamnya—sebuah gestur kemewahan yang dirasakan lebih dahulu sebelum terlihat. Pada potongan lain, kebaya disusun ulang dalam lapisan kain yang mengalun mengikuti gerak tubuh, menampilkan harmoni antara ketegasan dan kelembutan.
Pengaruh budaya hadir secara cair. Siluet Jawa berpadu dengan ornamen Tionghoa, sementara sentuhan Barat menyatu dengan busana adat Nusantara. Beberapa tampilan perempuan bahkan terinspirasi dari pakaian laki-laki tradisional yang diterjemahkan menjadi bentuk feminin baru. Sebaliknya, koleksi pria menampilkan detail sulaman tangan, scarf tenun, dan kerah Mandarin dengan proporsi yang disempurnakan secara halus.

Kolaborasi menjadi bagian penting dari presentasi ini. Perhiasan perak Mahija menyatu sebagai elemen desain, bukan sekadar aksesori, sedangkan alas kaki rancangan Rajnik melanjutkan semangat keartisan yang sama. TANGAN Privé juga menggandeng Bakti Budaya Djarum Foundation untuk menghadirkan Batik Kudus serta menampilkan sulaman Tapis Lampung hasil kerja sama dengan pengrajin daerah. Kedua elemen ini tidak dihadirkan sebagai nostalgia, melainkan sebagai tradisi yang terus hidup dan berevolusi.
Memasuki tahun ke-10, TANGAN Privé menegaskan posisi dirinya sebagai rumah mode yang merayakan ketegangan antara warisan dan pembaruan. Di tangan mereka, keterampilan bukan sekadar warisan yang dijaga, tetapi napas yang terus dihidupkan dalam setiap jahitan dan gerak kain di panggung JFW 2025. (Angie)





