Tak Gentar Hadapi Transaksi Rumit

Kirana Sastrawijaya, Senior Partner UMBRA – Strategic Legal Solutions

 

Lebih dari 16 tahun bergelut di dunia lawyering, hingga sekarang memiliki firma hukum sendiri bernama UMBRA-Strategic Legal Solutions, Kirana Sastrawijaya tidak pernah merasa bosan dalam bekerja, karena selalu ada hal baru yang menarik, sekaligus menantang dipelajari setiap hari. Perempuan yang menjabat sebagai pendiri, sekaligus Senior Partner di UMBRA ini berkata, “Apalagi, dunia hukum sifatnya dinamis dan selalu berkembang, proyek yang ditangani pun beragam. Itulah sebabnya, saya selalu bersemangat ketika mendapatkan transaksi yang tidak mudah.” Begitupun saat dia bekerja di Baker & McKenzie selama 10 tahun—sempat menjadi partner—lalu sebelumnya berkarier di DNC Advocates at Work dan William, Effendy & Co, Kirana selalu sigap jika diberi pekerjaan yang sulit dan menantang.

 

Tak heran, jika lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) ini menjadi salah satu pengacara terbaik di Indonesia dengan pengalaman praktis cukup lama di bidang ketenagalistrikan, energi, konstruksi, dan infrastruktur. Kirana banyak berhasil menangani berbagai klien besar berskala internasional, lokal, BUMN, dan BUMD dalam berbagai transaksi ketenagalistrikan dan infrastruktur berprofil tinggi. Sekaligus mumpuni dalam menyusun dan menegosiasikan semua jenis dokumen proyek. Termasuk perjanjian pembelian listrik yang mencakup semua jenis perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) untuk berbagai pembangkit listrik maupun kontrak EPC, O&M, dan pasokan bahan bakar. Dia juga berpengalaman dalam bidang hukum energi terbarukan, minyak & gas, pembiayaan proyek, skema kemitraan publik-swasta, merger & akuisisi di sektor energi, dan sumber daya alam.

 

Kirana juga masuk sebagai salah satu A-List Indonesia’s Top 100 Lawyers oleh Asia Business Law Journal di 2019 & 2020. Dia juga diakui sebagai praktisi terkemuka dalam bidang Projects & Energy dari Chambers Global 2021 & Chambers Asia Pacific 2021 dan beberapa kali dinominasikan sebagai Indonesian Woman Lawyer of the Year oleh ALB Indonesia Law Awards. Namun, baginya pencapaian terbesar paling dia banggakan adalah keberhasilan mendirikan dan membesarkan UMBRA dalam waktu tiga tahun sejak berdiri pada November 2017, hingga kini bisa menjadi firma hukum yang prestisius dan tetap eksis. Bermula dari hanya tiga orang saja, kini UMBRA sudah memiliki 10 partners dan total 55 lawyers.

 

Dia melanjutkan, “Seiring berjalannya waktu kami berhasil mendapat berbagai penghargaan internasional, misalnya Most Innovative National Law Firm of the Year pada IFLR Asia Pacific Awards 2020 dan pemenang Client Service Excellence dari Asialaw Awards di tahun 2020 dan 2021. Sementara, jika dilihat dari sejarahnya, dulu rata-rata penghargaan tersebut hanya bisa diraih firma-firma hukum yang biasanya berafiliasi dengan kantor hukum asing atau yang sudah berjalan puluhan tahun. Achieving the Impossible, ini merupakan milestone bagi kami yang sangat disyukuri.”

 

Sewaktu pandemi Covid-19 pertama kali terjadi dia berterus terang merasa gelisah akan situasi yang tak menentu ini. Pihak majemen sempat terpikir untuk melakukan pengurangan pegawai atau gaji dan tidak memberikan THR. “Namun, kami para partners akhirnya berkomitmen akan bekerja lebih keras lagi dan bertekad melindungi seluruh karyawan. Jadi, kami akhirnya memutuskan untuk tidak melakukan pengurangan pegawai atau lawyer, gaji tetap normal, dan memberikan THR. Bahkan, saat itu karena kami melihat ke depan bahwa pandemi akan memakan waktu yang lama, partners memutuskan menambahkan modal untuk memperkuat sistem IT kami. Untungnya, kami semua sebelum pandemi sudah terbiasa dengan sistem remote working. Sehingga sewaktu WFH diterapkan, pekerjaan tetap berjalan dengan lancar dan target di ujung tahun justru malah terlebihi dari yang sebelumnya diperkirakan. Syukur alhamdulillah, di akhir tahun kami tetap bisa membagikan bonus,” ungkap anggota termuda Dewan Pakar Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia ini dengan nada lega.

 

Ketika ditanya transaksi apakah yang paling kompleks dan terbesar pernah ditanganinya? Justru di masa terjadinya wabah Covid-19 dia malah berhasil meraihnya, bahkan ini merupakan proyek pendanaan infrastruktur terbesar yang ditutup di tahun 2020 di Indonesia. Sekaligus menjadi transaksi terumit sepanjang kariernya di dunia lawyering. Menurutnya, karena ada special case melibatkan pendanaan dari kepemilikan saham BUMN, maka dari transaksi yang seharusnya hanya financing project biasa berubah menjadi jauh lebih kompleks dan memerlukan penciptaan suatu model khusus, berupa transaksi berbentuk jaminan hybrid structure yang baru pertama kali ada di sini. Karena kesuksesan transaksi ini, akhirnya struktur tersebut turut digunakan untuk transaksi-transaksi berikutnya yang serupa.

 

Dia menerangkan, “Akhirnya ditemukan juga solusinya, meskipun saya sempat khawatir untuk proses penyelesaiannya bisa ada hambatan, karena situasi pandemi yang semakin menyebar saat itu dan kami bekerja secara WFH. Dengan deadline yang waktunya terbatas, melibatkan empat partners dan 20 lawyers di UMBRA, berbagai firma hukum, belasan bank internasional, dan berbagai pihak lainnya, pekerjaan ini ternyata bisa close, rasanya bahagia sekali.”

 

Untuk menyeimbangkan kehidupannya yang sarat akan ‘tekanan’ pekerjaan, Kirana rajin merilekskan diri dengan kegiatan berenang, bersepeda, dan ‘bercengkrama’ dengan empat kucing kesayangannya. Itulah sebabnya, dia bisa tetap betah berada di rumah dan menjalani kehidupan di masa pandemi ini dengan tetap selalu merasa beryukur dalam segala keadaan situasi apa pun. Elly S | Foto: Fikar A