Hadir Untuk Perempuan Indonesia

Revata Pingkan Hananta, Co-Founder Gentle Hour

Memimpin bisnis skincare yang diresmikan pada masa pandemi, Revata Pingkan Hananta terus memotivasi timnya, agar selalu bisa beradaptasi dengan cepat. Berbagai inovasi pun dibuat untuk menciptakan value tersendiri bagi perempuan perempuan di Indonesia. Terhalang banyak tantangan juga tidak menjadikannya patah semangat.

 

Perempuan yang gemar melakukan yoga ini memegang prinsip bahwa komunikasi adalah hal paling penting. Untuk itu, dia selalu berusaha menjaga komunikasi baik dengan partner bisnis maupun timnya. Ketika ditanya seperti apa tipe kepemimpinannya, dia menjawab, “Kadangkala ada saatnya kita bersikap seperti teman dan ada waktunya juga kita harus tegas. Jadi, memang tergantung situasinya.”

 

Apa yang menginspirasi lahirnya Gentle Hour?

 

Sebenarnya kami mulai dari beauty distribution bussiness. Saya dan dua partner menjadi distributor brand luar, seperti beauty blender dan makeup eraser. Dari berkecimpung di beauty industry selama beberapa tahun, kami melihat banyak beauty brand memberikan pesan yang misleading. Terkadang pesan yang disampaikan yakni, perempuan cantik adalah yang poreless, kulit harus putih, dan flawless skin.

 

Dari situ kami melihat banyak orang bersikap insecure dengan dirinya sendiri, karena kalau tidak poreless atau tidak flawless artinya mereka tidak cantik. Padahal itu tidak benar. Selain itu, kami lihat banyak brand skincare yang mengeluarkan produk dengan memberikan hasil instan. Kalau seperti itu, mereka harus memasukkan bahan aktif yang tinggi.

 

Bisa saja orang yang mencoba produk itu baik-baik saja selama beberapa hari pertama. Tapi, kemudian menjadi kering atau kulit lebih mudah iritasi. Dari situ, Gentle Hour hadir dengan harapan bisa menginspirasi kaum perempuan untuk mengerti bahwa skincare routine itu seharusnya enjoyable dan fun.

 

Tantangan dalam membesarkan Gentle Hour?

 

Banyak hal yang tidak berjalan sesuai rencana. Contohnya, kami bermaksud melakukan launching di awal 2020. Namun, ada kendala produksi dan akhirnya ditunda. Setelah itu, tiba-tiba pandemi. Mau tidak mau harus mengganti semua rencana. Tidak mungkin bisa membuat offline event juga, jadi harus bisa cepat beradaptasi. Selain itu, kami dituntut memikirkan launching secara digital, tapi dengan cara kreatif tentunya.

 

Tantangan lainnya, terkadang dari segi produksi sudah memilih kemasan yang cocok dan bagus. Tapi, setelah formulasi produk jadi, ternyata teksturnya tidak cocok dengan kemasan yang sudah dipilih, sehingga masa kedaluwarsanya menjadi lebih pendek. Mau tidak mau harus bisa cepat adaptasi dan mencari penggantinya supaya tidak delay.

 

Pengalaman paling menarik selama menjalankan bisnis ini?

 

Saya enjoy sekali dengan proses product development. Saya juga belajar skincare development. Selain itu, kami bisa kenalan dengan banyak orang dari retailer, reseller, influencer, media, dan kami sempat membuat podcast. Kami mengundang orang-orang untuk jadi podcast speaker dan juga mewujudkan IG TV. Dari sana kenal banyak orang dan kadang memiliki visi yang sama dengan kami dan itu seru sekali. Beberapa malah justru menjadi teman baik.

 

The next big things yang akan dilakukan untuk bisnis ini?

 

Tentunya ekspansi produk ke kategori lain dan terus berusaha supaya brand kami bisa menginspirasi lebih banyak perempuan Indonesia. Selain itu, kami juga berharap brand ini bisa dipasarkan dengan lebih luas. Saat ini, Gentle Hour tersedia di Singapura dan dapat dibeli melalui salah satu e-commerce. Jadi, saya harap nanti kalau sudah mengembangkan produk, kami bisa fokus untuk memasarkan di luar Indonesia.