Mengatasi Nyeri Lutut Tanpa Operasi

 

Permasalahan seputar nyeri sendi yang salah satunya adalah nyeri lutut dapat diatasi tanpa harus melakukan tindakan operasi. Proses penyembuhan tanpa operasi ini merupakan alternatif pilihan terapi yang dapat mengembalikan kualitas hidup pasien.

 

Klinik Flex Free merupakan klinik rehabilitasi medik khusus di bidang muskuloskeletal yang mengembangkan teknik penyembuhan nyeri lutut tanpa operasi. Menyediakan beberapa layanan untuk mengatasi nyeri sendi seperti; injeksi pelumas sendi dengan bantuan USG Muskuloskeletal.

 

BACA JUGA:

Manfaat Memilih Probiotik yang Tepat untuk Kesehatan Pencernaan

Kembangkan Layanan Kanker dengan Peralatan Canggih dan Modern

 

Lalu, terapi regeneratif seperti Prolotherapy, Platelet Rich Plasma(PRP) Musculoskeletal, dan Secretom. Tentunya, pasien wajib berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis rehabilitasi medik untuk menentukan tindakan dan obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

 

“Klinik Utama Flex Free merupakan klinik praktek Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang sudah berpengalaman baik di dalam negeri maupun di luar negeri untuk pelayanan kesehatan khusus muskuskeletal (otot, tulang dan sendi) dan saraf kejepit. Dengan visi menjadikan klinik rehabilitasi muskuloskeletal yang pertama, serta sebagai pusat rujukan rehabiltasi medik regional, nasional maupun internasional dalam bidang rehabilitasi neuromuskuloskeletal,” ujar dr. Arif Soemarjono, Sp.KFR, FACSM, Ketua Komite Medis, CEO Klinik Flex Free di acara Media Briefing bertema Mengatasi Nyeri Lutut tanpa Operasi (24/05/2023).

 

 

Misi Klinik Frex Free, yaitu ingin membantu penderita gangguan nyeri dan kelainan otot, tulang, sendi, tulang belakang dan saraf kejepit dapat bergerak kembali dengan bebas dan leluasa tanpa nyeri. Termasuk mengembalikan kualitas hidup yang baik, tanpa harus melakukan tindakan operasi dalam proses penyembuhannya. 

 

Pada kesempatan yang sama, dr. Ferius Soewito, Sp.KFR, AIFO-K, Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik, Klinik Flex Free mengatakan, “Cedera dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Pada saat kita berolahraga, bekerja, melakukan hobi, misalnya menari, bahkan pada aktivitas sehari-hari seperti berjalan juga tetap ada risiko. Lutut merupakan bagian tubuh cukup berisiko terutama untuk kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan berdiri, berjalan, berlari dan melompat. Olahraga lari misalnya, atau basket, badminton, tennis, merupakan olahraga yang sering dilakukan dan memiliki risiko yang cukup tinggi untuk terjadi cedera.”

 

 

Sementara, hobi yang berisiko cedera misalnya menari. Tari tradisional yang banyak melibatkan aktivitas setengah jongkok juga berisiko cedera. Banyak penari yang mengira bahwa aktivitas tersebut aman-aman saja, tapi sebenarnya berisiko tinggi untuk mengalami cedera. Selain itu, hobi bercocok tanam dengan posisi jongkok dalam waktu lama juga memiliki risiko. Tidak jarang, cedera terjadi pada aktivitas berjalan, khususnya bila permukaan tanahnya tidak rata atau pada aktivitas naik turun tangga.

 

Proses penuaan menyebabkan terjadinya berbagai proses degeneratif di tubuh, termasuk sendi lutut. Penyakit degneratif pada sendi disebut Osteoarthritis (OA), yang dikenal luas pada masyarakat dengan sebutan pengapuran sendi. OA merupakan suatu kondisi yang sangat sering ditemukan pada usia lanjut. OA merupakan tipe arthritis yang terbanyak, dengan angka kejadian kasus OA lutut sebesar 240 per 100.000 orang tiap tahun. 

 

BACA JUGA:

Tetap Fit Usai Lebaran

Mengecek Risiko Kesehatan Mudah dan Gratis

 

“Faktor risiko OA diantaranya adalah usia, jenis kelamin, genetik, aktivitas fisik, obesitas, trauma. OA merupakan suatu penyakit yang sangat membebani kualitas hidup penderitanya, dan dapat menyebabkan disabilitas. Pada OA terjadi kerusakan pada sendi secara menyeluruh, dapat melibatkan tulang rawan sendi, bantalan sendi (meniscus), ligament dan tulang itu sendiri,” papar dr. Reggy Trialetta Injo, Sp.KFR, Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Klinik Flex Free.

 

OA tidak dapat disembuhkan, namun keluhannya dapat dikontrol, sehingga penderita dapat beraktivitas dan melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasakan nyeri. (Elly | Foto: Dok. Klinik Flex Free)