Shinta Widjaja Kamdani | Bertahan dan Berkontribusi di Arus Pandemi

CEO Sintesa Group

Wabah Coronavirus (Covid-19) menghantam semua sendi kehidupan manusia di muka bumi. Dampak terbesarnya menyasar sektor ekonomi, selain tentunya kesehatan. Namun, ketika sebagian besar perusahaan ambruk karena pandemi tersebut, Sintesa Group justru mampu bertahan.

 

“Kuncinya, pada kondisi Covid-19 ini kita harus terbiasa dengan adaptasi kebiasaan baru,” ungkap CEO Sintesa Group, Shinta Widjaja Kamdani, membuka obrolan di kantornya yang sejuk di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Perempuan pebisnis yang murah senyum ini mengaku bersyukur, meski salah satu pilar usaha dari empat pilar usaha Sintesa Group, terdampak cukup signifikan, tiga pilar usaha Sintesa Group lainnya mampu bertahan. Alhasil, pembenahan yang dilakukan Shinta difokuskan pada satu pilar yang terdampak tersebut.

 

“Sintesa Group memiliki empat pilar usaha, yaitu consumer product, industry, property, dan energi terbarukan yang dikelola melalui 17 anak perusahaan. Dari keempat pilar tersebut yang paling terdampak memang perhotelan. Industri pariwisata sejak awal paling terkena dampak Covid-19. Akibatnya hampir semua hotel di Indonesia jatuh, bahkan sebanyak 2000 hotel harus merumahkan karyawannya. Ini juga berdampak pada hotel-hotel kami, terutama di kota seperti Jakarta dan Bali,” ujar Shinta.

 

Agar survive, sejumlah strategi pun dilakukan. Shinta yang merupakan lulusan Harvard Business School Executive Education, Boston, Massachusetts, ini segera melakukan perubahan mendasar. Dia melakukan transformasi secara signifikan dan pendekatan dari berbagai sisi untuk melayani customer. Di antaranya memperkuat digital marketing, memberikan pelayanan yang memenuhi standar protokol kesehatan, dan mengikuti pedoman secara disiplin dan ketat.

 

“Karena kami ada empat pilar usaha, walaupun pilar properti kami terdampak, namun secara overall masih lumayan. Meskipun hampir tidak tumbuh, tetapi juga tidak minus terlalu besar jadi berimbang. Karena jenis usaha kita ini sangat balance dan beragam,” jelas perempuan kelahiran Jakarta tahun 1967 ini.

 

Dalam menjalankan manajemen bisnisnya, Shinta senantiasa tetap berpegang pada visi utama Sintesa Group, yakni “Sustainable Excellence Company” yang sejalan dengan prinsip dasar Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan, agar usaha yang berjalan memiliki dampak signifikan kepada people, planet, profit. Terlebih karena Shinta juga merupakan Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang Hubungan Internasional, maka dia sangat peduli pada pemulihan ekonomi nasional terutama bagi para pelaku bisnis yang terdampak Covid-19.

 

Bersama KADIN, Shinta yang pernah masuk dalam FORBES Asia’s 50 Powerful Businesswomen (2012, 2013, & 2016) ini turut memberikan masukan bagi para pelaku usaha, baik itu UMKM maupun koperasi untuk memberikan solusi setiap permasalahan di lapangan. Menurutnya, banyak pelaku usaha tidak hanya butuh restrukturisasi ini. Fasilitas modal kerja baru terutama UMKM harus cepat disalurkan supaya mereka bisa mulai usahanya kembali. Selama Covid-19 KADIN juga memberikan bantuan sosial APD dan alat kesehatan kepada rumah sakit, hingga sembako bagi masyarakat yang memang memerlukan dukungan.

 

Kiprahnya di dunia bisnis dan kepeduliannya pada pembangunan masyarakat membuatnya didaulat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai salah satu dari 30 pimpinan perusahaan berpengaruh dunia yang tergabung dalam aliansi Global Investors for Sustainable Development Alliance (GISD Alliance). Dalam menanggapi krisis akibat Covid-19, Shinta bersama anggota-anggota aliansi sepakat mempercepat upaya untuk menyelaraskan investasi dengan tujuan pembangunan berkelanjutan dan mengintegrasikan SDGs ke dalam bisnis model mereka.

 

Dia menegaskan, SDGs sendiri telah dikembangkan di Indonesia, sehingga negara ini memiliki road map yang sangat jelas. Bahkan sudah masuk ke dalam program Bappenas untuk diimplementasikan dalam jangka waktu menengah maupun panjang. Begitupun di kelompok usahanya yang telah mengembangkan road map SDGs untuk menjadi navigasi bagi seluruh perusahaan Sintesa Group dalam menjalankan SDGs.

 

Shinta yang banyak berkiprah di organisasi internasional, juga terlibat dalam APEC Business Advisory Council yang merupakan perwakilan bisnis Asia Pasifik. Sintesa Group bersama perusahaan terkemuka lain tanah air meluncurkan “Indonesia Impact Fund” membantu start-up baru yang berkomitmen atas program berkelanjutan.

 

Lalu, apa yang dia lakukan bersama keluarga di era new normal? “Yang pasti saya tidak bisa lagi travelling yang berhubungan dengan pekerjaaan, sehingga lebih banyak diam di tempat, balancing work from home. Penggunaan teknologi sekarang jadi nomor satu. Buat saya yang terpenting sekarang menjaga kesehatan, kalau tidak sehat percuma tidak bisa beraktivitas sama sekali. Saya dan keluarga memprioritaskan itu,” tutur peraih penghargaan istimewa dari Raja Swedia dan Belgia ini.

 

Kedua, dampak itu tidak hanya secara fisik, tapi juga mental sehingga Shinta harus menjaga state of mind dalam keadaan yang baik, misalnya meluangkan waktu untuk melakukan yang disenangi di rumah. Ketiga, melihat apa yang bisa dilakukan untuk komunitas tetapi juga untuk negara. Inilah sebabnya Shinta sangat aktif di berbagai komunitas maupun KADIN untuk memobilisasi bantuan, baik untuk kalangan sendiri maupun masyarakat secara luas.

 

“Harapan saya Covid-19 segera lewat, vaksin segera ditemukan, dan punya momentum untuk resetting the button. Jadi hidup kita, baik itu karier, kehidupan keluarga, personal, ini kesempatan untuk refleksi kembali. Apa kekurangan kita dan bagaimana cara memperbaikinya. Saya rasa 2020 kita memulai kembali melihat dan beradaptasi serta melakukan perubahan perubahan yang lebih baik,” pungkasnya dengan nada penuh optimis.

 

Imam Fathurrahman Foto: Fikar Azmy