Royal Philips Umumkan Indonesia Future Health Index (FHI) 2022

Royal Philips mengumumkan laporan Indonesia Future Health Index (FHI) 2022: ‘Pengaturan ulang layanan kesehatan: Prioritas bergeser saat para pemimpin layanan kesehatan menavigasi perubahan dunia’.

 

Laporan ini merupakan hasil penelitian eksklusif dari hampir 3000 responden di 15 negara, termasuk Indonesia dan mengeksplorasi bagaimana para pemimpin layanan kesehatan memanfaatkan kekuatan data dan teknologi digital untuk mengatasi tantangan utama yang muncul di masa pandemi.

 

Menurut laporan, para pimpinan layanan kesehatan Indonesia memiliki pandangan positif tentang dampak analitik prediktif yang dapat memengaruhi berbagai aspek perawatan. Sebagian besar percaya bahwa teknologi dapat memberikan dampak positif pada pengalaman pasien (93%), hasil kesehatan (90%), dan perawatan berbasis nilai (89%).

 

“Saat ini, seiring pemulihan pasca-pandemi, kami melihat para pimpinan layanan kesehatan mulai melakukan pengaturan ulang, memfokuskan kembali pada sejumlah prioritas baru dan yang sudah ada, mulai dari masalah kekurangan staf, memperluas pemberian perawatan, hingga memanfaatkan data besar serta analitik prediktif, saat mereka menavigasi realitas baru dalam manajemen medis,” kata Pim Preesman, President Director Philips Indonesia.

 

 

 

Baca Juga:

Dongkrak Industri Kreatif, Executive Adakan Kompetisi Ilustrasi

Ribuan Peserta Antusias Ikuti MILO ACTIV Indonesia Race 2022

 

Di sisi lain, meskipun memiliki kepercayaan tinggi pada data dan teknologi, silo data, peraturan dan kewajiban hukum tetap menjadi penghalang signifikan untuk menggunakan data secara sepenuhnya di Indonesia.

 

Sebanyak 62% pemimpin layanan kesehatan Indonesia menyebutkan silo data menghambat kemampuan untuk menggunakan data secara efektif dan masalah yang diperburuk oleh sistem kesehatan Indonesia yang terdesentralisasi di seluruh pulau.

 

Pelatihan bisa menjadi salah satu solusi di Indonesia. 64% pemimpin layanan Kesehatan Indonesia mengatakan staf mereka kewalahan dengan banyaknya data yang tersedia, dan 18% merasa hal ini akan mengakibatkan karyawan mungkin akan menolak untuk beralih ke teknologi baru. Hanya 7% yang mengatakan bahwa mereka memiliki semua keahlian yang dibutuhkan untuk memanfaatkan data sepenuhnya.

 

Untuk mengatasi hal ini, pimpinan juga akan berkolaborasi dengan pemain ekosistem lainnya. Misalnya, 59% pemimpin layanan kesehatan di Indonesia ingin bermitra dengan perusahaan asuransi kesehatan atau bermitra dengan rumah sakit lain dan 31% memilih perusahaan teknologi Kesehatan sebagai mitra pilihan. Dari kemitraan ini, 30% pimpinan di Indonesia menginginkan panduan tentang masalah hukum, 31% menginginkan pemeliharaan layanan kesehatan yang berkelanjutan.