Pentingnya Deteksi Risiko Anemia Defisiensi Besi

 

Salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi fokus pemerintah hingga saat ini adalah anemia. Di Indonesia, prevalensi anemia sebesar 48,9% pada ibu hamil dan 38,5% pada anak di bawah 5 tahun. Bahkan, lebih tinggi pada remaja usia 12-18 tahun. Berdasarkan Hasil Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi anemia meningkat dari 21,7% (2013) menjadi 23,7% (2018) dari total populasi di Indonesia. Pada 2018, 3 dari 10 remaja Indonesia menderita penyakit ini dan 62.6% kasus anemia yang terjadi disebabkan oleh kekurangan zat besi.

 

Penyakit anemia kekurangan zat besi memiliki gejala seperti kelelahan, kekurangan energi, kulit pucat, rambut rontok, sesak napas, dan detak jantung tidak teratur yang sering kali disalahartikan oleh penderitanya. Sehingga penting untuk melakukan deteksi risiko anemia kekurangan zat besi, agar tetap produktif dan mencegah terjadinya komplikasi.

 

BACA JUGA:

Ajak Masyarakat Pahami Fitur Alas Kaki Terbaik

Hati-hati Penyakit Perampas Nyawa Pneumonia, Siapa Pun Bisa Kena

 

“Anemia bisa disebabkan banyak hal dan salah satu penyebab yang paling banyak terjadi adalah akibat kekurangan zat besi. Pemerintah telah merekomendasikan beberapa upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang dilakukan dengan memberikan asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan hemoglobin. Masyarakat juga dihimbau untuk mengonsumsi makanan gizi seimbang, termasuk mengonsumsi TTD bagi remaja dan ibu hamil. Kementerian Kesehatan RI juga mendorong adanya gerakan aksi bergizi dalam mengupayakan konsumsi TTD menjadi bagian di sekolah terutama siswi SMP dan SMA atau sederajat,” ungkap Ketua Tim Kerja Pemberdayaan dan Penggerakan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Dwi Adi Maryandi, SKM, MPH.

 

Pada acara press conference Peluncuran Kampanye ‘Jangan Cuek, Ayo Cek Gejala Kurang Darah’ dalam rangka peringatan Hari Kekurangan Zat Besi Sedunia 2022 (30/11/2022) yang diselenggarakan P&G Health melalui brand Sangobion di Penang Bistro Jakarta, dia melanjutkan, “Selain beberapa upaya di atas, kami juga mendorong masyarakat untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Terkait anemia, kami mengapresiasi inisiatif P&G Health atas komitmen terus-menerus dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya deteksi risiko gejala anemia.”

 

Ketua Umum Perhimpunan Hematologi & Transfusi Darah Indonesia (PHTDI), Dr. dr. TB. Djumhana Atmakusuma, SpPD-KHOM menjelaskan, “Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin menurun. Salah satu jenis anemia adalah anemia kekurangan zat besi yang dapat memengaruhi siapa saja, tetapi anak-anak, orang tua, dan perempuan dengan usia reproduksi yang mengalami menstruasi dan kehamilan termasuk kelompok yang paling rentan. Kondisi tubuh seperti hamil, pendarahan, menstruasi yang berlebihan, hemoroid, dan gastritis juga dapat menyebabkan tubuh mengalami kekurangan zat besi dan apabila tidak diatasi dapat menjadi anemia kekurangan zat besi.”

 

 

Terjadinya kekurangan zat besi dapat membatasi pengiriman oksigen ke sel, mengakibatkan sering kelelahan, tidak produktif, dan penurunan imunitas tubuh. “Maka dari itu, menjaga keseimbangan zat besi dalam tubuh sangat penting bagi kesehatan, sebagai salah satu cara untuk mengatasi kelelahan dan anemia. Manajemen dengan pemberian suplemen zat besi juga penting diberikan sebagai terapi simptomatik, apabila diagnosis anemia kekurangan zat besi terdeteksi. Namun, tetap perlu untuk mencari dan mengatasi penyebab anemia itu sendiri,” lanjut dr. Djumhana.

 

Itulah sebabnya, P&G Health Indonesia melalui brand Sangobion, melanjutkan edukasi mengenai pentingnya deteksi risiko anemia kekurangan zat besi. Dengan meluncurkan kampanye ‘Jangan Cuek, Ayo Cek Gejala Kurang Darah’ dan terobosan terkini, ANEMIAMETER, aplikasi digital berbasis web pertama di Indonesia untuk deteksi risiko anemia kekurangan zat besi. Kegiatan ini pun didukung oleh Kementerian Kesehatan RI dan Perhimpunan Hematologi & Transfusi Darah Indonesia (PHTDI).

 

General Manager Personal Healthcare P&G Health Indonesia Maithreyi Jagannathan mengatakan, “Sangobion senantiasa berkomitmen untuk mengedukasi dan meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia mengenai pentingnya zat besi bagi kesehatan darah selama lebih dari dua dekade. Di seluruh dunia, 26 November diperingati sebagai Hari Kekurangan Zat Besi, dan kegiatan tersebut menjadi bagian dari upaya P&G Health.” (Elly | Foto: Dok. Sangobion)