Hati-hati Penyakit Perampas Nyawa Pneumonia, Siapa Pun Bisa Kena

 

Tak hanya Ameer Azzikra, putra kedua mendiang Ustadz Arifin Ilham, yang terengut nyawanya akibat pneumonia, tapi juga Farida Pasha yang memerankan Mak Lampir dalam serial Misteri Gunung Merapi dan Suyadi alias Pak Raden sang pencipta Si Unyil. Selain itu, dari aktris cantik Britanny Murphy, penyanyi lagu legendaris ‘Que Sera, Sera’ Doris Day, pentolan grup musik Queen Freddie Mercury, hingga mantan Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Kuan Yew juga tutup usia akibat penyakit tersebut.

 

Pneumonia atau lebih dikenal dengan paru-paru basah adalah satu-satunya pembunuh menular terbesar pada orang dewasa dan anak-anak di seluruh dunia. Penyakit tersebut telah merenggut nyawa 2,5 juta jiwa, termasuk 672.000 anak-anak pada tahun 2019. Hal ini menandakan pentingnya pencegahan dini dari penyakit tersebut, karena menyerang sekitar 450 juta orang setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO-World Health Organization) menyatakan pneumonia berkontribusi terhadap 15% kematian pada balita. Karena besarnya angka kematian tersebut, tak heran jika penyakit ini disebut juga sebagai pandemi yang terlupakan atau ‘the forgotten pandemic.   

 

BACA JUGA:

Fita Hadirkan CATCH Agar Rencana Olahraga Makin Efektif

Meriahkan World Wellness Weekend Evolution Wellness Indonesia Gelar Yoga in the City

 

Dalam rangka Hari Pneumonia Sedunia 2022 yang diperingati pada 12 November 2022, Pfizer dan Lippo General Insurance didukung Siloam Hospitals mengadakan diskusi bertajuk “Risiko Pneumonia di Era New Normal: Siapa Saja, Dimana Saja, Bisa Kena”. Menyampaikan tentang pencegahan dan proteksi diri dari bahaya pneumonia dari sisi kesehatan maupun finansial yang berlangsung di Ebony Room Hotel Aryaduta Lippo Village, pada Jumat, 11 November 2022.

 

Presiden Direktur Pfizer Indonesia Nora T Siagian menyampaikan, “Semua orang bisa terjangkit pneumonia dan risiko pneumonia semakin meningkat bagi anak di bawah dua tahun maupun lansia di atas 65 tahun. Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pemahaman lebih jauh tentang pneumonia baik faktor risiko maupun pencegahannya, agar terhindar dari penyakit mematikan tersebut.”

 

Dr. dr. Allen Widysanto, SpP, dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Siloam menjelaskan, “Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang umumnya disebabkan berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, jamur paparan terhadap bahan kimia, dan bisa juga akibat kerusakan fisik paru. Radang paru dapat menyerang siapa saja dan dimana saja.” Gejala pneumonia, menurutnya, dapat berupa nyeri dada saat bernafas atau batuk yang dapat menghasilkan dahak, kelelahan, demam, berkeringat dan menggigil kedinginan, mual, muntah, serta sesak nafas

 

 

Adapun faktor risiko penyebab pneumonia pada orang dewasa dapat disebabkan kondisi seperti orang dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun, karena kehamilan, HIV, penggunaan steroid atau obat-obatan kanker, atau orang dengan penyakit penyerta. Termasuk asma, diabetes, gagal jantung, penyakit liver, ginjal, stroke, luka di kepala, dan demensia. Lalu, orang yang terus-menerus terpapar polusi udara maupun asap beracun di tempat bekerja, orang yang tinggal di tempat padat, perokok, dan peminum alkohol.

 

“Faktor risiko tersebut menunjukkan pentingnya vaksinasi pneumonia bagi pasien dengan penyakit penyerta dan untuk melindungi paru-paru pekerja yang memiliki pekerjaan khusus yang rentan terhadap penyebab pneumonia,” lanjut Dr. dr. Allen Widysanto, SpP.

 

Vaksinasi pneumonia dapat mencegah infeksi dari bakteri dan virus yang dapat menyebabkan pneumonia. Hal ini berlaku baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Pemberian vaksin pada anak diprioritaskan dalam dua tahun pertama usia anak, karena sistem imun yang lebih rendah dan menyebabkan anak lebih rentan terhadap penyakit menular. Terutama yang disebabkan bakteri pneumokokus seperti pneumonia. “Vaksinasi pneumonia pada anak-anak dilakukan sebanyak tiga kali plus satu kali sebagai boosting atau vaksin penguat. Sedangkan untuk orang dewasa, vaksinasi pneumonia hanya perlu dilakukan sebanyak satu kali,” jelas Dr. dr. Allen Widysanto, SpP.

 

 

Pada Mei 2022 lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM) memberikan persetujuan vaksin pneumonia dapat diberikan untuk semua rentang usia. Mencakup bayi, anak, dan remaja dari usia enam minggu hingga 17 tahun serta dewasa berusia 18 sampai 49 tahun. Ini merupakan tambahan dari penggunaan vaksin yang telah disetujui untuk mencegah pneumonia bagi anak-anak berusia enam bulan hingga lima tahun dan dewasa di atas usia 50 tahun.

 

Menanggapi potensi pekerja yang rentan terhadap pneumonia, dr. Raymos Parlindungan Hutapea, MKK, Sp.Ok, Subsp.BioKO(K), selaku pengurus Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (PERDOKI) memaparkan, “Kami memandang penting untuk melindungi kelompok pekerja rentan faktor risiko pneumonia dan ini merupakan salah satu penyakit okupasi. Maka pencegahan terhadap pneumonia melalui vaksinasi menjadi krusial, agar pekerja dapat berkarya secara efektif, tanpa risiko yang berarti bagi dirinya, rekan kerja, maupun masyarakat.” Dia berharap dengan adanya peningkatan derajat kesehatan dan keselamatan pekerja akan dapat meningkatkan derajat kesehatan produktivitas pekerja.

 

Menimbang risiko pneumonia yang dapat berdampak terhadap siapa saja dan di mana saja, Presiden Direktur Lippo General Insurance Agus Benjamin menegaskan tentang pentingnya proteksi diri dari risiko pneumonia, baik dari segi kesehatan maupun finansial. Dia menambahkan, “Perencanaan keuangan dalam kesehatan keluarga dapat mengurangi stres pada kehidupan, menjadikan keluarga lebih tenang, dan sejahtera. Dengan membuat anggaran untuk jaminan kesehatan akan sangat membantu ketika ada kebutuhan tak terduga muncul. Literasi keuangan dalam kesehatan keluarga akan menolong seseorang memutuskan program proteksi yang dibutuhkan untuk mengantisipasi ketidak pastian di masa depan.” 

 

Elly Simanjuntak | Foto: Dok. Pfizer Indonesia