Konekin Rayakan Hari Disabilitias Internasional Melalui Pesta Inklusif

 

Diselenggarakan untuk keempat kalinya, Pesta Inklusif yang digagas Koneksi Indonesia Inklusif (KONEKIN) merayakan Hari Disabilitas Internasional yang jatuh setiap tanggal 3 Desember. Diadakan di Live House, M Bloc Space pada Sabtu (17/12), event tahunan ini untuk meningkatkan awareness dan interaksi publik dengan penyandang disabilitas. Acara ini tidak hanya dihadiri penyandang disabilitas dan perwakilan SLB se-Jabodetabek, namun juga peserta umum dari berbagai kalangan.

 

“Kata ‘pesta’ dipilih untuk menggambarkan selebrasi keberagaman dengan menampilkan diskusi dan pertunjukan seni. Sementara ‘inklusif’, karena acara ini tidak terbatas pada satu ragam disabilitas saja. Melainkan membaur dengan non-disabilitas. Harapannya siapa pun yang datang ke Pesta Inklusif dapat mengenal dan berinteraksi dengan teman-teman disabilitas, lalu pulang dengan paradigma yang berubah. Karena untuk mengikis stigma kita perlu tahu-mau-mampu menciptakan Indonesia yang inklusif,” ungkap Marthella, Founder KONEKIN.

 

BACA JUGA:

Blibli Pastikan Hari Ibu Dirayakan dengan Istimewa

Perkenalkan Ragam Profesi Peringati Hari Jadi ke-11 Komunitas Ibu Profesional

 

Jonna Aman Damanik, Komisioner Komisi Nasional Disabilitas, menyampaikan hal serupa. “Untuk menuju Indonesia inklusif dan ramah disabilitas butuh peran dari berbagai pihak. Saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan KONEKIN, karena menerapkan konsep pentahelix. Yakni dengan menggandeng kerja sama antar bidang dan pihak dari pemerintah, swasta, komunitas, akademisi, dan media,” ujarnya.

 

Acara pertama berupa talkshow mengambil topik Transformative Education: Inovasi Pendidikan Inklusif di Indonesia. Dimoderatori Sunarman Sukamto dari Kantor Staf Presiden. Dirjen PAUD Dikdasmen, hadir pula Tita Suharyati, Tenaga Ahli Kemdikbud, Suci Nur, seorang Guru Pembimbing Khusus (GPK), dan Praktisi pendidikan, Najelaa Shihab.

 

 

Tita mengungkapkan fakta pendidikan merupakan hak dasar setiap individu, jadi setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pemerintah telah memiliki kebijakan yang berpihak kepada peserta didik, seperti sistem zonasi dan afirmasi dalam PPDB, Standar Nasional Pendidikan yang fleksibel dan akomodatif. Implementasi adalah kunci keberhasilan dari regulasi.

 

Sementara, Suci Nur menggambarkan kondisi yang terjadi di lapangan. “Di sekolah saya baru pada tahun kelima mulai terlihat berjalan sistem inklusifnya. Disini peran GPK sangat penting sebagai jembatan untuk bisa menciptakan lingkungan inklusif tersebut,” tuturnya.

 

BACA JUGA:

Kolaborasi Stellar Women dan TRESemmé Tingkatkan Karier Lewat Women Rise Conference 2022

Protergo Melindungi Berbagai Ancaman Siber Memakai Talenta Lokal

 

Najelaa juga mengatakan, “Penerapan sistem pendidikan inklusif nyatanya bukan penyandang disabilitasnya yang bermasalah, namun merupakan PR bagi para guru atau pendidik untuk bisa meningkatkan wawasan terkait inklusivitas. Selain sekolah, peran orangtua juga penting terhadap anak berkebutuhan khusus. Pengasuhan anak adalah peran kita bersama, karena pada dasarnya semua anak itu anak kita dan semua keluarga adalah keluarga kita.”

 

Semangat menciptakan pendidikan inklusif tidak hanya datang dari instansi pendidikan, namun juga perusahaan seperti Unilever. Kristy Nelwan, Head of Communication Unilever Indonesia menyampaikan komitmen Unilever untuk menciptakan dunia yang setara, beragam dan inklusif diwujudkan melalui berbagai inovasi dan inisiatif yang dijalankan. Salah satunya, memberikan program beasiswa penuh bagi mahasiswa difabel melalui program UniLead dan juga mendukung terwujudnya aksi nyata gerakan kebaikan melalui program Every U Does Good Heroes.

 

“Senang sekali hari ini salah satu Heroes kami, Diva Asnawi dari KONEKIN turut meluncurkan project Buku Anak Disabilitas Indonesia (BISA). Kami percaya kolaborasi antar pihak yang memiliki purpose yang kuat dan sejalan akan membawa dampak yang lebih besar bagi terwujudnya Indonesia yang lebih inklusif,” ujar Kristy.

 

 

Pada #PestaInklusif kali ini dilakukan peluncuran buku seri BISA sebagai penanda bertambahnya literatur anak yang memperkenalkan ragam disabilitas pada anak sedini mungkin. Peluncuran picture book ini dilakukan melalui LIVE story telling buku oleh Wina Natalia dan video oleh Dian Sastrowardoyo, yang juga diisyaratkan oleh Nissi, agar aksesibel bagi teman Tuli. Pesta Inklusif semakin meriah dengan penampilan dari para seniman disabilitas. Di antaranya Dani Aditya (Stand Up Comedian Pengguna Kursi Roda), KOSTE band (grup disabilitas Netra), G-Stars (grup Dancer Down Syndrome), Budi Pramono (Penyair Disabilitas), dan Pop Joy Sign (Teater Tuli).

 

Terdapat pula empat Booth Inklusif yang diisi oleh Hukum Online, RS Mitra Keluarga dan Cecilia Sinaga, M.Psi., Unilever Indonesia, serta KONEKIN. Di booth ini pengunjung dapat konsultasi gratis seputar hukum, psikologi anak berkebutuhan khusus, menikmati games bertema inklusi, serta melihat buku dan merchandise karya seniman disabilitas.

 

Terakhir acara ditutup dengan penampilan oleh bintang tamu Asteriska, yang membawakan lagu ‘Di Mata Semesta, hasil kolaborasi bersama Dewa Budjana dan Hindia. Lagu ini diciptakan khusus untuk gerakan inklusi dan mengajak pendengarnya memperlakukan setiap manusia secara setara.

 

Nur A | Dok. KONEKIN