Gandeng Bakerzin, The Palace Buka Outlet dengan Konsep Baru

 

Memasuki era endemik, The Palace Jeweler, retail perhiasan yang berada di bawah naungan Central Mega Kencana (CMK), gencar melakukan ekspansi. Setelah membuka gerai di Kelapa Gading, kini menyusul outlet terbaru di Living World, Alam Sutera, Tangerang Selatan.

 

Diresmikan pada Rabu (11/1), gerai ke-45 The Palace Jeweler memperkenalkan konsep baru lifestyle jewelry & cafe. Menggandeng Bakerzin, merek retail F&B ternama di Indonesia, berbelanja perhiasan jadi makin menyenangkan. Berlokasi di area Ground Floor, gerai terbaru ini bisa ditemukan bersama dengan tenant-tenant F&B favorit pengunjung.

 

BACA JUGA:

Tips Memakai Perhiasan untuk Menonjolkan Penampilan

Hadirkan Wanita dan Alam, Tulola Mengangkat Kearifan Lokal dan Warisan Leluhur

 

Pembukaan gerai ini juga menambah gerai The Palace Jeweler yang kini resmi memiliki empat gerai di wilayah Tangerang dan lebih dari 40 gerai di seluruh Indonesia. Mengukuhkan The Palace Jeweler sebagai brand perhiasan yang selalu mengedepankan konsep 3T “Therlengkap, Therjangkau, Therjamin”.

 

Jelita Setifa, General Manager The Palace Jeweler, mengatakan gebrakan ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa brand tidak hanya konsisten menyediakan perhiasan emas dan perhiasan berlian berkualitas di gerai-gerainya. Namun juga menyajikan customer experience yang selalu berkembang.

 

 

Hadir pula dalam pembukaan tersebut, Yohanes De Brito Titus Haridjati, Direktur Komunikasi Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf RI. Dia menyampaikan dukungan adanya inisiatif-inisiatif yang dilakukan The Palace Jeweler, sebagai salah satu mitra co-branding Wonderful Indonesia.

 

 

“Indonesia merupakan negara yang dikaruniai berbagai potensi pariwisata dan ekonomi kreatif termasuk keragaman kriya. Kualitas kriya Indonesia dapat dilihat melalui brand seperti The Palace Jeweler yang selalu konsisten dengan prinsip 3T-nya, serta selalu berinovasi menghadirkan pengalaman-pengalaman baru bagi masyarakat Indonesia. Hal ini tentunya menjadi nilai tambah bukan hanya bagi kriya Indonesia sebagai salah satu dari 17 subsektor ekraf, namun juga bagi pariwisata Indonesia.”