Industri kecantikan terus berkembang meski kondisi ekonomi belum sepenuhnya stabil. Tahun 2025 menjadi momentum bagi para pelaku bisnis untuk memahami perubahan perilaku konsumen dan mencari strategi agar tetap relevan di pasar yang semakin kompetitif. Female Daily Future Beauty Summit 2025 menghadirkan berbagai perspektif dari para ahli, termasuk Putri Tanjung, CEO PT Trans Digital Lifestyle Group, yang menyoroti cara brand kecantikan beradaptasi dengan tren dan tantangan industri.
Putri menjelaskan bahwa daya beli masyarakat, khususnya di segmen menengah, mengalami tekanan. Namun, industri kecantikan tetap menunjukkan pertumbuhan, dengan inflasi sektor ini mencapai 7,27%, angka tertinggi dibandingkan sektor lain. "Kalau dilihat dari angkanya, industri kecantikan masih berkembang. Tapi, perilaku konsumennya berubah, mereka jadi lebih selektif dalam membelanjakan uang," ujarnya.
Fenomena "doomspending" yang marak di kalangan Gen Z menjadi tren menarik. Di tengah ketidakpastian ekonomi, kelompok ini tetap mengalokasikan anggaran untuk hiburan, perjalanan, hingga kecantikan dengan berbagai skema pembayaran seperti pay later. Hal ini membuka peluang bagi brand kecantikan untuk menyesuaikan strategi pemasaran, termasuk kampanye berbasis wellness dan mental health yang semakin diminati.
Selain itu, isu keberlanjutan juga menjadi perhatian utama. Meski, semakin banyak konsumen yang sadar akan pentingnya produk ramah lingkungan, masih ada tantangan dalam menghadirkan produk berkelanjutan dengan harga yang lebih terjangkau. Putri menilai edukasi yang lebih luas diperlukan, agar masyarakat memahami bahwa sustainability bukan sekadar tren tetapi juga bagian dari gaya hidup yang lebih efisien dan bertanggung jawab.
Di tengah gempuran merek internasional serta perubahan perilaku konsumen, brand lokal perlu lebih cermat dalam menetapkan strategi. Fleksibilitas harga, pendekatan yang lebih personal melalui teknologi, serta kemitraan strategis dengan berbagai ekosistem bisnis menjadi faktor penting agar tetap relevan. Putri menegaskan bahwa industri kecantikan harus mampu beradaptasi bukan hanya untuk bertahan, tetapi juga untuk terus berkembang di tengah tantangan yang ada.
Female Daily Future Beauty Summit 2025 menjadi ruang diskusi bagi pelaku industri kecantikan, pemerintah, serta komunitas untuk membentuk masa depan industri yang lebih inklusif dan inovatif. Dengan berbagai perspektif yang dibagikan, acara ini memberikan gambaran tentang bagaimana brand kecantikan dapat bertahan dan berkembang di tengah dinamika pasar.
Dalam acara tersebut, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar turut hadir dan menyampaikan pandangannya mengenai peluang serta tantangan bagi industri kecantikan lokal. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk menguasai pasar domestik sekaligus memperkenalkan merek-merek lokal ke tingkat global.
“Inovasi dan kolaborasi adalah kunci bagi industri kecantikan kita agar tidak hanya berkembang di dalam negeri, tetapi juga mampu bersaing di pasar internasional,” ujar Irene Umar. Ia pun mengapresiasi Future of Beauty Summit 2025 sebagai ajang yang membuka ruang diskusi bagi para pelaku industri untuk bertukar gagasan dan membangun jaringan strategis.
Acara ini menghadirkan berbagai pembicara dari dalam dan luar negeri yang membahas tren kecantikan masa depan, strategi pemasaran digital, serta pentingnya keberlanjutan dalam bisnis kecantikan. Dengan dukungan berbagai pihak, industri kecantikan Indonesia diharapkan semakin kompetitif dan mampu menjadi pemain utama di kancah global.
Lebih lanjut, Irene Umar juga mengajak pelaku industri untuk terus berinovasi dan memanfaatkan ekosistem ekonomi kreatif yang semakin berkembang. “Kita punya banyak potensi, mulai dari bahan baku lokal hingga talenta di industri ini. Sekarang saatnya kita berani melangkah lebih jauh,” tambahnya.
Future of Beauty Summit 2025 pun membuktikan industri kecantikan bukan sekadar tentang produk, tetapi juga tentang membangun komunitas, menciptakan tren, dan menghadirkan inovasi yang relevan dengan kebutuhan pasar. [Angie | Foto:Istimewa]