Magnetom Flow Percepat Proses Diagnostik Presisi dengan Teknologi Ramah Pasien

 

Kebutuhan layanan Magnetic Resonance Imaging (MRI) di Indonesia terus meningkat seiring tuntutan diagnosis yang lebih presisi. Namun, terbatasnya ketersediaan alat, kendala infrastruktur, dan pasokan helium yang langka masih menjadi hambatan besar. Kondisi ini membuat akses masyarakat terhadap pemeriksaan medis yang vital sering kali terhambat.

 

dr. Yonathan William, Sp.Rad, Radiologist RS EMC Tangerang, dalam acara diskusi menjelaskan bahwa MRI memberikan kemampuan diagnostik yang sangat presisi, memungkinkan biopsi yang lebih akurat sehingga dapat mengarahkan tindakan medis dan manajemen yang tepat. "Hasil deteksi kanker menjadi significantly better dengan teknologi ini," ujarnya. Teknologi ini mendukung kebutuhan diagnosis yang makin presisi dan personal, dengan personalisasi dalam deteksi kanker yang lebih canggih. Salah satu contoh aplikasinya adalah dalam mengevaluasi tumor otak, di mana MRI memberikan gambaran yang sangat detail untuk penanganan yang optimal.

 

 

Meski demikian, menurut dr. Yonathan, ketersediaan MRI di Tanah Air belum sejalan dengan kebutuhan pasien. “Jelas ada kebutuhannya, tapi supply-nya tidak cukup. Kalau hanya mengandalkan pengadaan dari pemerintah, tidak akan bisa memenuhi kebutuhan yang terus meningkat,” ujarnya. Tantangan lain datang dari keterbatasan pasokan helium, masalah kelistrikan, desain ruangan, hingga terbatasnya tenaga radiolog dan teknolog yang berpengalaman.

 

Miniatur Magnetom Flow yang ditampilkan di meja hadirin dalam acara peluncuran

 

Tantangan tidak berhenti pada keterbatasan alat. Kekurangan pasokan helium menjadi salah satu masalah serius. Padahal mesin MRI membutuhkan helium dengan kemurnian tinggi, sementara distribusinya sangat terbatas dan mahal. Selain itu, banyak rumah sakit menghadapi kendala desain ruangan, kestabilan listrik, hingga terbatasnya tenaga radiolog dan teknolog yang terampil.

 

Untuk menjawab masalah tersebut, Siemens Healthineers meluncurkan Magnetom Flow. Platform di Indonesia. Sistem MRI generasi baru ini mengusung rekayasa teknologi yang dipadukan dengan kecerdasan buatan. Keunggulannya terletak pada teknologi DryCool yang hanya membutuhkan 0,7 liter helium tanpa perlu pengisian ulang, sekaligus mengurangi biaya operasional dan risiko downtime.

 

Alfred Fahringer, President Director Siemens Healthineers Indonesia

 

Alfred Fahringer, President Director Siemens Healthineers Indonesia, menuturkan bahwa inovasi ini dirancang untuk menjawab kebutuhan nyata di lapangan. Menurutnya, kehadiran Magnetom Flow. Platform bukan hanya memperkenalkan teknologi mutakhir, melainkan juga solusi yang relevan untuk memperluas akses pencitraan medis dan menjaga kesinambungan layanan kesehatan.

 

Ia menambahkan, inovasi ini tidak hanya soal kecanggihan, tetapi juga kemanfaatannya bagi pasien dan rumah sakit. “Dengan Magnetom Flow. Platform, kami memperkenalkan sebuah sistem yang mendefinisikan ulang aksesibilitas, keberlanjutan, serta kepastian hasil diagnostik. Bagi rumah sakit, platform ini membantu menekan biaya, menghindari downtime, serta melayani lebih banyak pasien secara efisien. Sementara bagi pasien, keuntungan hadir dalam bentuk pemeriksaan yang lebih cepat, nyaman, dengan akurasi tinggi,” ujarnya.

 

Keunggulan lain platform ini adalah desain ultra-kompak hanya 24 m² yang memudahkan instalasi di berbagai fasilitas kesehatan. Fitur myExam Autopilot dan myExam Assist membuat alur kerja lebih sederhana, bahkan untuk operator dengan tingkat keahlian berbeda. Sementara itu, BioMatrix Contour coils menyesuaikan posisi pasien secara otomatis sehingga meningkatkan kenyamanan dan hasil pencitraan.

 

dr. Fritz Sumantri Usman, Sp.N, SubSp. NIIOO(K)

 

Neurologist dr. Fritz Sumantri Usman, Sp.N, SubSp. NIIOO(K), menilai hadirnya teknologi ini dapat memperkuat kualitas layanan sekaligus pengembangan sumber daya manusia. “Radiolog dan teknisi terampil merupakan akar dari hasil diagnostik yang akurat. MRI ini istimewa bukan hanya karena kemampuan pencitraannya, tetapi juga karena kemudahan penggunaannya, yang membantu profesional mengoptimalkan alur kerja dan memberikan hasil lebih cepat,” katanya.

 

Peluncuran teknologi ini menunjukkan bahwa inovasi dapat menjembatani kebutuhan medis dengan akses yang lebih merata. Dengan perpaduan perangkat canggih dan SDM yang terlatih, Indonesia diharapkan semakin siap menghadapi tantangan layanan kesehatan di masa depan. (Angie | Dok. Siemens Healthineers)