Hipertensi ‘Sang Pembunuh Senyap’ Bisa Dicegah Sejak Dini

 

Hipertensi adalah kondisi yang tidak boleh dianggap sepele. Jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit ini menimbulkan komplikasi yang fatal dan upaya pencegahan hipertensi sejak dini adalah kunci untuk mengatasinya.

 

Oleh karena itu, upaya pencegahan hipertensi yang optimal dan tatalaksana hipertensi sangat diperlukan. Tak lain demi menurunkan risiko kesakitan, komplikasi, bahkan risiko kematian dini, antara lain dengan modifikasi gaya hidup dan pemberian terapi obat rutin ketika sudah diperlukan.

 

BACA JUGA:

Si Manis Nikmat yang Bisa Bikin Gawat

Pentingnya Deteksi Risiko Anemia Defisiensi Besi

 

Perhimpunan Hipertensi Indonesia atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH) secara rutin tiap tahunnya melakukan edukasi tentang hipertensi dan tatalaksananya kepada para dokter, masyarakat, dan media massa bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

 

dr. Amanda Tiksnadi, SpS(K), PhD, Ketua Panitia The 17th Annual Scientific Meeting InaSH 2023 mengatakan, “Scientific meeting kali ini mencoba melebarkan sayap dengan mengajak klinisi dan perawat di Indonesia bergerak mengatasi hipertensi mulai dari hulu secara optimal. Yaitu, mulai bertindak di fase prevensi atau pencegahan, tanpa melupakan optimalisasi tatalaksana hipertensi. Selain itu, yang tak kalah penting dan pasti ditunggu adalah peluncuran ‘Buku Panduan Promotif dan Preventif Hipertensi’.”

 

 

“Survei nasional di Indonesia tahun 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi adalah 34,1%, tidak berbeda dengan hasil survei nasional tahun 2007 yang besarnya 31,7%. Tidak berubahnya jumlah penyandang hipertensi dari tahun ke tahun bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara lain, termasuk Amerika. Tingginya jumlah penyandang hipertensi menjadi beban tingginya angka kesakitan dan kematian penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal kronik,” ungkap dr. Erwinanto, Sp.JP(K), FIHA, Ketua InaSH di acara 17th Scientific Meeting Indonesian Society of Hypertension (InaSH) 2023 di Hotel The Ritz-Carlton Jakarta Mega Kuningan (24/02/2023).

 

Dia menambahkan mengukur tekanan darah dapat dilakukan di rumah atau di pelayanan Kesehatan. Ulangi pemeriksaan tekanan darah setidaknya setiap tahun, jika tekanan darah terukur 130-139/85-89 mmHg (tekanan darah normal tinggi) dan lebih sering jika terukur 140/90 mmHg atau lebih (hipertensi). Jika tekanan darah 130-139/85-89 mmHg berisiko menjadi hipertensi di masa datang. 

 

Sebuah penelitian menunjukkan risiko menjadi hipertensi 2 tahun ke depan adalah 40%, jika tekanan darah 130-139/85-89 mmHg. Jika tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, berisiko mengalami penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal yang jauh lebih besar, dibandingkan mereka dengan tekanan darah lebih rendah. 

 

BACA JUGA:

Ajak Masyarakat Pahami Fitur Alas Kaki Terbaik

Hati-hati Penyakit Perampas Nyawa Pneumonia, Siapa Pun Bisa Kena

 

“Dengan mengetahui tingkat tekanan darah, diharapkan seseorang menjadi lebih sadar untuk melakukan usaha menurunkannya jika diperlukan. Seseorang dianjurkan menurunkan tekanan darah, saat terukur 130/85 mmHg atau lebih. Kalau tekanan darah seseorang 130-139/85-89 mmHg, cukup melakukan intervensi gaya hidup seperti berolah raga teratur, menurunkan berat badan, dan mengurangi asupan garam. Seseorang mungkin perlu terapi obat, seandainya tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih. Dokter akan memutuskan apakah perlu terapi obat atau tidak,” lanjutnya.

 

Sementara, dr. Djoko Wibisono, Sp.PD-KGH, Sekretaris Jenderal InaSH menambahkan, “Hipertensi dapat dicegah dengan modifikasi gaya hidup dan pemberian terapi obat rutin ketika sudah diperlukan. Lalu, kita harus mengkonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang. Pola makan perlu dijaga dengan meningkatkan asupan buah, sayur, dan rendah lemak. Kemudian, batasi natrium, yaitu dianjurkan maksimal 1 sendok teh garam atau setara 5 gram garam dapur dalam sehari. Hindarilah alkohol, tetap mempertahankan berat badan ideal, berhenti merokok, dan biasakan diri untuk beraktivitas fisik teratur. Yaitu dengan berolahraga yang bersifat aerobik minimal 30 menit per hari dengan frekuensi 5x dalam seminggu.”

 

Pada kasus hipertensi yang sudah mendapatkan obat anti hipertensi rutin dari dokter, diharapkan untuk selalu mengonsumsi obat secara teratur dan berkala, sekaligus memeriksakan kondisi kesehatannya ke fasilitas kesehatan. Sebagian besar pengobatan hipertensi diberikan dalam jangka panjang bahkan mungkin sampai seumur hidup, karena terapi hipertensi ini bertujuan untuk mengendalikan tekanan darah sesuai target. Ini tak lain agar dapat memperpanjang harapan hidup serta mengurangi risiko komplikasi.