Takbiran di Negeri Anak Benua

Menyambut Hari Raya Idulfitri, umat muslim di seluruh dunia tentu diselimuti kebahagiaan. Berbagai persiapan menyambut hari raya juga telah dilakukan sejak jauh-jauh hari. Mulai dari kudapan yang memanjakan lidah, warna-warni sarimbit, hingga dekorasi. Di antara sekian banyak kemeriahan, salah satu yang terjadi saat menjelang lebaran adalah momen malam takbiran.

 

Di Indonesia, masyarakat umumnya berkeliling kampung membawa beduk dan obor sembari menggemakan takbir. Ada pula orang-orang yang memilih mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan dan memenuhi restoran saat momen buka puasa terakhir tersebut.

 

 

Baca Juga:

Vintage-Style, Compact Snapper untuk Pencinta Lomografi

Satu Langkah Kebaikan Beri Seribu Kebahagiaan

 

 

Selain Indonesia, negara lain yang juga merayakan malam takbiran adalah India. Di sana, malam takbiran dikenal dengan nama Chaand Raat. Umumnya, masyarakat berkumpul di lahan terbuka untuk bersama-sama menyaksikan pergantian waktu yang menandai kehadiran bulan Syawal. Ketika waktu berganti, mereka akan bersama-sama mengucapkan ’Eid Mubarak’ yang berarti ’Selamat merayakan Hari Raya Idulfitri’ atau ’Chaand Raat Mubarak’ yang memiliki arti ’Selamat Malam Rembulan yang penuh keberkahan’.

 

Merayakan tradisi yang juga berlangsung di Pakistan dan Bangladesh ini, kaum perempuan di sana akan menghias tangan mereka menggunakan henna atau daun inai. Setelah buka puasa di hari terakhir Ramadan, para perempuan berbondong-bondong menuju ke pasar atau bazaar untuk membeli pakaian tradisional, hingga gelang warna-warni yang akan dikenakan di hari raya.

 

 

Tidak hanya itu, ada pula perempuan-perempuan yang mendirikan kios henna dadakan untuk memenuhi tingginya kebutuhan merias tangan menjelang lebaran. Pada malam tersebut, toko-toko terutama gerai pakaian dan perhiasan juga umumnya akan buka lebih lama dari biasanya, yakni hingga dini hari. Hal ini dikarenakan masyarakat yang begitu ramai mendatangi pusat perbelanjaan untuk membeli keperluan lebaran.

 

Sementara untuk busana yang dikenakan, umumnya masyarakat akan memakai pakaian tradisional bernama salwar kameez. Para pria biasanya akan tampil memukau berpakaian serba putih, sementara perempuan lebih memilih busana mencolok, seperti merah, merah muda, hijau, dan lain-lain. Dalam urusan ini, tidak sedikit masyarakat setempat yang juga menggunakan busana sarimbit atau baju seragam dengan anggota keluarga inti.

 

Pada malam tersebut, tidak hanya masyarakat yang menghias rupa mereka dengan penampilan bagus beserta perhiasan, tapi wujud kota pun ikut berubah. Beragam dekorasi khas hari raya digantung di sepanjang jalan dan semakin memeriahkan suasana. Mulai dari lampu warna-warni berbagai bentuk, umbul-umbul, bendera, dan lain-lain. Sepanjang jalan utama hingga jalan-jalan kecil akan tampak penuh cahaya pada malam tersebut.